Pada rentang waktu tahun 2009 hingga tahun 2012 saat di Mesir. Saya menjumpai beberapa kali kondisi pemerintahan negara Mesir. Pada tahun 2009, Mesir masih dipimpin oleh Presiden Hosni Mubarok yang notabene hampir sama kepemimpinannya dengan Pak Harto di Indonesia. Hosni Mubarok memimpin Mesir sekitar 30 tahun. Sehingga di buku seri pertama yang berjudul “926 Cairo”, catatan perjalanan saya saat masa-masa Mesir dipimpin oleh Husni Mubarok banyak terfokus pada keseharian yang saya lakukan sebagai mahasiswa Al-Azhar, juga pengalaman saat bekerja laundry kain-kain milik KBRI Cairo, juga membantu bekerja di salah satu perusahaan pengiriman eksport import dari Mesir ke Indonesia dan Thailand ke Mesir.
Catatan perjalanan ini saya tulis sebagai bentuk kenang-kenangan dari setiap waktu yang saya lalui saat menjadi mahasiswa Al-Azhar dimana pada saat yang sama saya harus banting tulang bekerja apa saja untuk menghidupi diri sendiri di negeri orang, karena saya berangkat ke Mesir lewat jalur beasiswa yang hanya ditanggung biaya pendidikannya saja, sementara untuk biaya hidup harian harus mencari sendiri. Cerita secara detailnya, ada dalam beberapa artikel catatan perjalanan di dalam buku seri pertama yang berjudul “926 Cairo”.
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Motto ini menjadi penyemangat saya untuk membagikan catatan perjalanan ini untuk para pembaca buku ini. Saya berharap buku ini bisa memberikan banyak manfaat kepada siapa saja yang membacanya, juga memberikan keberkahan dengan inspirasi kebaikan yang semoga bisa dihadirkan dari setiap kisah perjalanan yang ada.
Pada buku seri kedua yang berjudul “Cairo Oh Cairo” banyak menjelaskan tentang catatan perjalanan saya berkeliling di kota-kota yang ada di Mesir, mulai dari kota yang dulunya menjadi ibu kota kerajaan Firaun, hingga kota yang menjadi ibu kota Mesir saat masa Yunani kuno. Yang paling menarik dari buku seri kedua “Cairo Oh Cairo” adalah catatan perjalanan pada saat tahun 2011 sejak seluruh negara arab terkena dampak dari Arab Spring, dimana banyak dari penguasa-penguasa arab dikudeta oleh rakyatnya, termasuk diturunkannnya Presiden Hosni Mubarok dari kursi presiden dan digantikan oleh Presiden Adli Mansour, hingga Presiden Mohamed Morsy. Saya menjadi salah satu korban tangkap militer Mesir saat itu. Catatan itu saya tulis secara rinci di buku seri kedua.
Buku seri ketiga ini berjudul “Umroh Koboy”, bercerita banyak tentang perjalanan saya bersama teman-teman dari Mesir yang melaksanakan umroh secara koboy alias modal nekat lewat jalur darat. Dalam perjalanan umroh lewat jalur darat, kami harus melewati beberapa negara, dari Mesir menuju hampir ke negara Sudan, lalu menyeberangi laut menuju negara Yordania dan lewat perbatasan Israel, hingga sampai di Saudi Arabia. Tahun 2012 adalah masa transisi banyak pemerintahan politik di negara-negara arab, sehingga perjalanan kami tidak semuanya mulus saat umroh koboy. Lebih lengkapnya, catatan perjalanan itu diungkap di buku seri ketiga ini.
Selanjutnya, saya mengucapkan terimakasih kepada segala pihak yang telah membantu bisa diterbitkannya buku ini. Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak Thamrin Dahlan yang telah memberikan dorongan semangat untuk diterbitkannya buku ini lewat Yayasan Penerbit yang Beliau miliki. Terimakasih kepada tim blog kompasiana.com, khususnya Kang Pepih, Mas Iskandar Jet, Mas Nurul, dan kawan-kawan yang selalu menyemangati saya untuk menulis catatan perjalanan di blog kroyokan itu. Terimakasih yang spesial kepada istri tercinta; Ro’fat Hizmatul Himmah yang selalu memberikan support untuk terus berkarya.
Selamat Membaca…
Muhamad Bisri Ihwan. Dia dilahirkan di Banyuwangi pada tanggal 24 Juni 1987. Sejak kelas 3 SD sudah mondok di Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi hingga lulus SMK Darussalam pada tahun 2005. Lalu dia melanjutkan belajar di perguruan tinggi di Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Blokagung hingga semester 4. Selanjutnya dia mendaftar beasiswa di KEMENAG untuk bisa kuliyah di luar negeri khususnya di Universitas Al-Azhar Mesir dan diterima. Tahun 2009 akhir, dia berangkat ke Mesir melanjutkan belajar di Universitas Al Azhar di Fakustas Ushuluddin Jurusan Tafsir Qur’an dan selesai pada tahun 2013 dengan gelar Lc.
Pada tahun 2015 dia melanjutkan study S2 di IAIN Jember, mengambil Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) dan lulus pada tahun 2017 dengan gelar M.Pd. Pada tahun 2019, dia melanjutkan kembali belajar dengan menempuh S3 Doktoral di UIN Malang yang disponsori oleh LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) dan masih mengambil di jurusan yang sama saat S2 yakni Pendidikan Bahasa Arab (PBA). Dia sekarang sedang mempersiapkan untuk menyusun penelitian Disertasinya. Sejak 2015 hingga sekarang mengabdi menjadi Dosen tetap di IAIDA Blokagung.
Kegiatan sehari-hari dia adalah menjadi guru di Pondok Pesantren Minhajut Thullab Sumberberas, Muncar, Banyuwangi yang diasuh oleh mertuanya bernama KH. Fakhruddin Mannan. Sejak 2013 pada saat baru pulang dari Mesir, dia menikah dengan Ro’fat Hizmatul Himmah. Pada tahun 2019 keduanya dikaruniai putra angkat bernama Ahmad Adkhilni Mudkhola Shidqin.
Organisasi yang aktif diikuti adalah menjadi Ketua Umum MATAN (Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah) wilayah Banyuwangi masa abdi 2019-2024. Dia juga diberi amanat untuk menjadi Sekretaris Jendral JATMAN (Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah) Kabupaten Banyuwangi masa abdi 2019-2024.