Masyarakat nelayan identik dengan masyarakat miskin, kumuh, merana, lemah, tak terpelajar, dan sederet identitas ‘negatif’ yang melekat secara ‘permanen’. Entah dari mana identitas itu, tapi yang jelas anggapan miring itu masih terbesit di benak mereka yang tak paham dengan nelayan. Nelayan sebagai komunitas yang terpinggirkan, dan jauh dari akses pembangunan. Kekayaan ilam yang berlimpah, seperti laut yang tak bertuan, belum mampu membangkitkan ekonomi nelayan. Ada paradoks dari theorycal gap yang tak terbantahkan: kekayaan alam yang berlimpah tidak diikuti oleh kesejahteraan nelayan itu sendiri. Maka tidak heran, jika dalam berbagai penelitian, masyarakat nelayan sebagai komunitas yang tersudut sebagai subjek yang diteliti, dengan hasil akhir: nelayan sebagai masyarakat miskin. Tapi yang menjadi pertanyaan sekarang, bagaimana memberdayakan ekonomi masyarakat nelayan, agar mereka hidup layak