Memang, dua nama itu, Sukarno dan Hatta, adalah juga peresensi/penilik/pengupas buku. Keduanya adalah dua dari puluhan nama yang disebut dalam buku ini yang menjadikan bacaan sebagai kancah berdialog dan berdialektika dengan cakrawala dunia lewat praktik meresensi. Buku ini, oleh karena itu, menjadi bagian tidak terpisahkan dalam praktik membaca dan menuliskan apresiasi atas apa yang sudah dibaca.
Di satu sisi, buku ini menjadi panduan bagaimana menulis sebuah resensi atas buku yang dibaca. Namun, di sisi lain, buku ini memperlihatkan bagaimana bersiasat dalam membaca buku dengan tidak terpisahkan dari praktik masa silam. Rekaman atas resensi-resensi dari publikasi masa silam membuat buku panduan ini menjadi berenergi dan menggugah.
Telah menulis ratusan resensi di banyak koran dan majalah nasional penting, antara lain Tempo, Koran Tempo, Kompas, Republika, Media Indonesia, dan Jawa Pos.
Salah satu pendiri Yayasan Indonesia Buku—termasuk Radio Buku dan Warung Arsip—ini sehari-harinya, selain terus membaca dan menulis, masih tekun mengk liping peris tiwa masa kini dan masa lalu. Ia mendirikan databuku.id yang diinisiasi sebagai pangkalan data perbukuan di Indonesia.