Kuliah Muthahhari ini, yang kemudian dibukukan, adalah dalam rangka merespon dan memecahkan problem-problem pengetahuan yang ditimbulkan oleh Materialisme, Marxisme, Kapitalisme, Pragmatisme, dan mazhab-mazhab pemikiran Barat lainnya. Sebab, begitu kuatnya infiltrasi pemikiran modern ini ke dunia Islam, sehingga memengaruhi cara pandang banyak orang terhadap realitas, tak terkecuali terhadap agama. Namun, respon Muthahhari tidaklah retorikal apalagi emosional, ia lebih memilih mengoptimalkan daya intelektual. Ia bukannya melarang atau menjauhi produk-produk keilmuan peradaban modern, malah ia menyelami produk-produk keilmuan tersebut dengan meneliti dasar-dasar pemikirannya.
Untuk tujuan ini, Muthahhari terjun ke dalam persoalan epistemologi, persoalan yang menjadi jantung dan cara bagaimana setiap pengetahuan itu bekerja. Fungsinya adalah untuk mengetahui apakah pemikiran ini kuat ataukah rapuh, bermanfaat ataukah tidak, dan valid ataukah tidak. Hanya dengan cara semacam ini, lantas ia menyangkal secara rasional mazhab-mazhab pemikiran Barat seraya memberikan interpertasi baru terhadap pemikiran dan praktik-praktik keislaman.
Kendati sang penulis telah wafat, tetapi mengingat bentuk pemikiran yang dikritisinya masih ada dan bahkan berkembang sedemikian rupa, maka sejatinya pemikiran Muthahhari sebagaimana tertuang dalam buku ini masih dapat dianggap aktual. Apalagi, gaya pemaparannya yang sederhana dan populer, serta memuat banyak analogi agar pembaca dapat mudah mengerti.
Murtadha Muthahhari merupakan seorang fakih, filsuf, dan cendekiawan hebat di abad ini. Ia adalah murid brilian dan terbaik Allamah Thabathaba’i. Dia juga termasuk ulama paling berpengaruh di zaman ini dalam penafsiran ajaran-ajaran Islam yang sejalan dengan kebutuhan masa kini.