Nabi Muhammad bukan Orang Arab?

· Elex Media Komputindo
5,0
8 opinii
E-book
222
Strony
Oceny i opinie nie są weryfikowane. Więcej informacji

Informacje o e-booku

Belakangan ini, banyak kita dapati ironi kebangkitan gerakan-gerakan yang mengatasnamakan agama dan “jualan” agama demi tujuan tertentu. Dampaknya, agama, khususnya Islam, menjadi sebatas atribut sekadar simbol, kering dan dangkal. Sehingga, “menjadi Arab” seolah lebih penting daripada menjadi Islam, menjadi Indonesia. Padahal, Nabi Muhammad saw., bersabda, “Wahai sekalian manusia, Tuhan kalian satu, dan ayah kalian (Nabi Adam) satu. Ingatlah, tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas non-Arab, pun sebaliknya. Tidak ada kelebihan bagi yang berkulit merah atas orang berkulit hitam. Demikian sebaliknya, kecuali dengan ketakwaan. Apa aku sudah menyampaikan?” Mereka menjawab, “Ya, benar Rasulullah, engkau telah menyampaikan.” (HR. Ahmad/22.391). Ini senada dengan pesan Al-Qur’an dalam surah Al-Hujurat, 13 dan Al-Isra, 70.


Bahkan, leluhur baginda nabi bukan orang Arab. Nabi Ismail bin Ibrahim as., berasal dari distrik Orkelda atau Ur Kaldan, negeri Babilonia. Nama Ismail adalah arabisasi dari bahasa Ibrani, Yishma yang artinya senantiasa mendengarkan Tuhan dan Tuhan mendengarnya. Oleh karena itu, kepribadian beliau sangat berbeda dengan Arab pribumi (QS. At-Taubah: 97). Benarkah? Lagi pula, apa pentingnya membanggakan suku dan nasab, toh leluhur umat manusia secara biologis itu satu, suci dan mulia, berasal dari surga. Sementara itu, muasal seluruh makhluk secara spiritual, nous dan logos kita satu, yakni Nur Muhammad.


Pertanyaannya, “Mengapa kita harus tetap tinggal dan menjadi Indonesia?”. Tempat terbaik untuk memulai hidup baru yang berkualitas adalah tempat Anda tinggal sekarang. Setiap kali kita berandai-andai menolak Indonesia, kita akan semakin jauh dari kebahagiaan. Indonesia adalah tempat kita lahir dan berpijak, bersujud, berkarya, menanam harapan, bahkan nanti Tanah Air ini juga yang akan mendekap ketika kita dikuburkan suatu saat. Tidak harus menjadi Arab dan Eropa, apalagi Amerika, sebab Indonesia adalah identitas kita. Kita tetap bisa berislam dengan berindonesia, beragama sembari bernegara, menjalankan nilainilai

moral sembari menjaga tradisi leluhur. Kebinekaan adalah anugerah Tuhan, maka kita harus berlapang dada menerima perbedaan dan tetap bersatu menjaga keutuhan negara.

Oceny i opinie

5,0
8 opinii

Oceń tego e-booka

Podziel się z nami swoją opinią.

Informacje o czytaniu

Smartfony i tablety
Zainstaluj aplikację Książki Google Play na AndroidaiPada/iPhone'a. Synchronizuje się ona automatycznie z kontem i pozwala na czytanie w dowolnym miejscu, w trybie online i offline.
Laptopy i komputery
Audiobooków kupionych w Google Play możesz słuchać w przeglądarce internetowej na komputerze.
Czytniki e-booków i inne urządzenia
Aby czytać na e-papierze, na czytnikach takich jak Kobo, musisz pobrać plik i przesłać go na swoje urządzenie. Aby przesłać pliki na obsługiwany czytnik, postępuj zgodnie ze szczegółowymi instrukcjami z Centrum pomocy.