Di mana pun, diskriminasi sering kali terjadi karena hegemoni mayoritas atas minoritas. Untuk bertahan, komunitas agama lokal menggunakan pendidikan untuk menjaga serta melestarikan berbagai nilai yang diyakini. Pada konteks gerakan sosial, upaya untuk bertahan melalui jalur pendidikan ini dapat dikategorikan sebagai gerakan sosial baru. Sebelumnya, berbagai gerakan sosial lebih banyak mengandalkan pada kesempatan politik (opportunity political structure), serta sumber daya organisasi (resource mobilization). Kegigihan menggunakan jalur pendidikan untuk melestarikan nilai, membuat keberadaan 3 agama lokal tetap eksis di Indonesia, hingga saat ini.
Buku ini mengungkap berbagai ajaran, pendidikan nilai serta gerakan sosial yang dilakukan, serta diskriminasi pendidikan yang dirasakan 3 agama lokal di Indonesia. Semoga, kehadiran buku ini dapat memberi kontribusi bagi semakin kuatnya harmoni kehidupan bernegara di Indonesia.
Nanang Hasan Susanto, lahir di Indramayu, 15 Maret 1980. Pendidikan terakhir ditempuh di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, konsentrasi Pendidikan Islam. Aktivitas penulis saat ini selain mengajar pada jenjang sarjana dan pascasarjana UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, adalah sebagai Kepala Pusat Moderasi Beragama di universitas tersebut. Jalin kerja sama dengan penulis via surel nananghasansusanto@uingusdur.
Nur Kholis, lahir di Jakarta, 07 Februari 1975. Pendidikan terakhir ditempuh di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, konsentrasi Pendidikan Islam. Aktivitas penulis saat ini selain mengajar pada jenjang sarjana dan pascasarjana UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, adalah sebagai Kepala Pusat Bahasa di universitas tersebut. Jalin kerja sama dengan penulis via surel [email protected].