Remi, 16 tahun, hanya satu dari sedikit populasi siswa aneh dan introver di sekolahnya. Bukan kutu buku, bukan juga genius perfeksionis. Sehari-hari hanya berkhayal, berkeliaran, dan menghabiskan waktu sendirian. Karena suatu mimpi, dia bertekad melakukan perubahan dengan melibatkan Kino, ketua kelasnya yang supel. Bersama Kino, dia memulai pemberontakan—Rebellion—yang mengajarkan hal-hal baru soal persahabatan dan pengembangan diri. Namun menginjak usia seperempat abad, usai ditinggal sahabat terbaik dan menghadapi kegagalan dalam meraih cita-cita, Remi merasa kembali ke titik awal. Dia pun mencari arti lain dari pemberontakannya, lewat kakak beradik—Emir dan Elang—yang mengantarkannya pada solusi baru: Resilience. Bukan sekadar mengejar cinta, ini adalah perjalanan mencari jati diri ketika konflik terbesar adalah konflik batin yang berasal dari diri sendiri.