PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA

· MDP
5,0
2 recensioner
E-bok
1978
Sidor
Betyg och recensioner verifieras inte  Läs mer

Om den här e-boken

"Mas, kenapa tabungan kita tinggal segini?" tanyaku pada Mas Bayu, suamiku. Matanya melirik sekilas pada buku rekening yang aku sodorkan.

"Iya, Agus harus bayar uang kontrakan."

"Lha? Apa hubungannya sama kita, Mas? Bukannya Agus sudah kerja? Istrinya juga kerja! Lantas kemana saja uangnya? Kenapa kamu juga pakai uang ini nggak bilang sama aku! Ini sebagian besar uang aku lho, Mas. Kamu nggak bisa pakai uang ini tanpa bicara dulu sama aku!" Emosiku meledak juga pada akhirnya.

"Jangan pelit-pelit sama adik sendiri! Inget ya Arum, Agus itu adiknya Bayu jadi sudah sepantasnya kalau kakak beradik saling tolong menolong. Kamu jangan pernah bikin persaudaraan mereka renggang karena sikap pelitmu itu!" Tiba-tiba ibu mertua masuk begitu saja ke dalam kamar. Setelah mendengar ucapanku yang sedikit berteriak, wajar aku berteriak. Tabungan yang seharusnya dikumpulkan supaya bisa membeli rumah, berkurang. Lumayan banyak dan aku tidak tahu. Astaga, bodohnya aku yang mempercayai semua tabungan disimpan pada rekening Mas Bayu. Dan lihat sekarang.

Lelaki yang bergelar suami itu masih diam, dia masih menatap layar ponsel yang terus menyala.

"Mas, kamu denger nggak sih?"

"Iya bener apa kata Ibu, perbaiki sikapmu itu! Jangan pelit sama adik, lagian hidup kita sudah lumayan enak. Nggak perlu mempermasalahkan uang sekecil itu!"

Bibir ibu mertua ku terlihat mencebik. Tangannya pun ia lipat di depan dada. Aku hanya tertawa tidak percaya.

"Kecil kamu bilang, Mas? Lima juta lho!"

"Kamu kan tiap hari jualan? nggak perlu lah, mempermasalahkan uang sekecil itu."

Astagfirullahaladzim, mendengar ucapan Mas Bayu baru saja membuatku ingin sekali mencubit bibirnya.

Aku memang berjualan, tepatnya jualan makanan ada sayur, oseng, opor dan juga ayam goreng bisa disebut warung makan meskipun masih sederhana. Dulu semua itu aku kerjakan sendiri tetapi sekarang aku sudah memiliki dua karyawan.

Membantu saudara sendiri tidak ada salahnya. Tetapi kenapa tidak bicara dulu kepadaku. Ya Tuhan, apakah harus aku marah-marah seperti ini?

"Kalau begitu mana ATM nya?" Tanganku menengadah meminta benda tipis itu dari Mas Bayu.

"Buat apa?" tanya Mas Bayu penasaran, seperti ada ketakutan jika aku mengambil uang tabungan itu.

"Aku lagi butuh sesuatu, mau beli. Sini mana ATM nya?" Tanganku terus bergerak meminta.

"Kamu butuh berapa?" tanya Mas Bayu, tangannya perlahan mengeluarkan isi yang ada di dalam dompet.

"Mas, aku butuh uang yang ada di ATM. Bukan yang ada di dompet kamu!"

Mas Bayu terlihat semakin gelalapan. Aku yakin pasti ada yang ditutupi dariku. Sedangkan Ibu terlihat mensejajarkan tangannya. Padahal tadi dia terlihat melipat tangan. Ada apa ini?

"Besok aja, lupa aku taruh mana ATM nya!"

"Astaga, mana mungkin kamu lupa, Mas. Biasanya kamu simpan di dompetmu itu!"

"Kamu ini apa-apaan sih, Rum? Kamu Sebenarnya butuh berapa duit, sampai harus ambil uang tabungan segala?" sahut Ibu mertua.

"Lho Bu, uang tabungan itu uangku juga. Kenapa Ibu yang sewot?" Mendengar ucapanku baru saja wajah Ibu mertua berubah menjadi masam.

"Mana, Mas?!"

"A-anu …."

"Anu apa? Yang jelas!"


Betyg och recensioner

5,0
2 recensioner

Betygsätt e-boken

Berätta vad du tycker.

Läsinformation

Smartphones och surfplattor
Installera appen Google Play Böcker för Android och iPad/iPhone. Appen synkroniseras automatiskt med ditt konto så att du kan läsa online eller offline var du än befinner dig.
Laptops och stationära datorer
Du kan lyssna på ljudböcker som du har köpt på Google Play via webbläsaren på datorn.
Läsplattor och andra enheter
Om du vill läsa boken på enheter med e-bläck, till exempel Kobo-läsplattor, måste du ladda ned en fil och överföra den till enheten. Följ anvisningarna i hjälpcentret om du vill överföra filerna till en kompatibel läsplatta.