Dengan modal nekat, Hanif Thamrin memutuskan kembali ke London dan bertekad akan bekerja apa pun agar bisa kuliah dan menjadi jurnalis di salah satu kota termahal di dunia itu. Berbagai pekerjaan ia lakukan, seperti menjadi tukang cuci mobil, kuli angkut, door to door sales, pelayan restoran, dan kasir. Puluhan surat lamaran ia kirimkan dan puluhan surat kembali dengan berita penolakan. Hingga akhirnya, ia mendapat kesempatan magang di BBC. Kesempatan ini membuka kesempatan yang lain. Saat Hanif mulai mantap di BBC, datanglah kesempatan menjadi jurnalis di Manchester City Football Club. Dengan berat hati, Hanif pun meninggalkan London dan pindah ke Manchester. Masa-masa awal Hanif bekerja di Manchester City FC tidak mudah. Tak ada yang mengajak ngobrol. Tak ada yang mau duduk bersamanya saat makan siang tiba. Meliput Manuel Pellegrini dalam konferensi pers, melaporkan laga kelas dunia di Etihad Stadium yang megah, mewawancarai Les Chapman, membuat video dengan Kelechi Iheanacho untuk fans Indonesia, adalah beberapa pekerjaannya. Lalu apa yang pada akhirnya membuat Hanif diterima di lingkungan kerjanya dan menjadi satu-satunya orang Indonesia yang bekerja di Manchester City? Pemburu di Manchester Biru berkisah tentang seseorang yang memperjuangkan kesempatan keduanya. Tentang menjadi profesional di klub sepakbola ternama di dunia. Juga tentang berusaha tanpa akhir dan selalu menyalakan seManga, Manhua & Manhwat dalam diri sendiri. *** Hanif is a true professional, dedicated, knowledgable, enthusiastic, and a true gentleman. I had the privilege and pleasure to work with him at Manchester City. I still miss the friendship and happiness he provided for all at Manchester! โโChappyโ Les Chapman, @chappyMCFC presenter CityTV Manchester City Football Club Hanif bekerja untuk saya dalam dua kesempatan. Satu hal yang tidak bisa saya lupakan dari karakter Hanif adalah kegigihannya. โWishnutama Kusubandio, CEO Net Mediatama Televisi