Manakala suatu malam, bapak pulang membawa seorang perempuan lain yang bapak cintai, ibu tidak kuat menahan-nahan diri. Segala kecewa, sesal, dan sakit hati yang dipendam rapat menyeruak menyesaki lehernya.
Terlecut kemudian dari tenggorokannya segala kalimat yang didengar bapak
dengan wajah datar seraya menggamit tangan perempuan yang dia cintai.
“Kami sudah menikah sirri, Tun,” kata bapak, melengkapi nestapa ibu.
~
Perempuan Lain
Salah satu cerpen dalam buku ini