Psikologi Agama

┬╖ Mizan Publishing
5.0
2рмЯрм┐ рм╕рморнАрмХрнНрм╖рм╛
рмЗрммрнБрмХрнН
224
рмкрнГрм╖рнНрмарм╛рмЧрнБрнЬрм┐рмХ
рм░рнЗрмЯрм┐рмВ рмУ рм╕рморнАрмХрнНрм╖рм╛рмЧрнБрнЬрм┐рмХрнБ рмпрм╛рмЮрнНрмЪ рмХрм░рм╛рмпрм╛рмЗрмирм╛рм╣рм┐рмБ ┬армЕрмзрм┐рмХ рмЬрм╛рмгрмирнНрмдрнБ

рмПрм╣рм┐ рмЗрммрнБрмХрнН рммрм┐рм╖рнЯрм░рнЗ

Bagaimana kita dapat memahami agama yang begitu kompleks? Agama tentu saja dapat dipelajari dari berbagai pendekatanтАФAnda boleh memilihnya. Tetapi, dibandingkan dengan pendekatan lain (terutama teologi), pendekatan psikologi adalah yang paling menarik dan manusiawi. Mengapa?

Psikologi memperlakukan agama bukan sebagai fenomena langit yang serbasakral dan transedenтАФbiarlah itu menjadi lahan teologi. Ia ingin membaca keberagamaan sebagai fenomena yang sepenuhnya manusiawi. Ia menukik ke dalam proses-proses kejiwaan yang memengaruhi perilaku kita dalam beragama, membuka тАЬtopeng-topengтАЭ kita, dan menjawab pertanyaan тАЬmengapaтАЭ. Psikologi, karena itu, memandang agama sebagai perilaku manusiawi yang melibatkan siapa saja dan di mana saja.

Dengan studi kepustakaan yang ekstensif dan analisis yang tajam, buku ini mengajak pembaca memahami berbagai fenomena keberagamaan itu dengan perspektif yang kaya, ilmiah, dan juga manusiawi.

Di tangan sang ahli komunikasi, tema yang kompleks tetapi tak pernah kehilangan relevansi dan pesona ini, dapat dikemas dengan bahasa yang mudah dimengerti, segar, dan cerdas.


[Mizan Grup, Miza Publishing, Agama Islam, Bahasa Indonesia]

рморнВрм▓рнНрнЯрм╛рмЩрнНрмХрми рмУ рм╕рморнАрмХрнНрм╖рм╛

5.0
2рмЯрм┐ рм╕рморнАрмХрнНрм╖рм╛

рм▓рнЗрмЦрмХрмЩрнНрмХ рммрм┐рм╖рнЯрм░рнЗ

Jalaluddin Rakhmat, lahir di Bandung, 29 Agustus 1949. Ibunya adalah seorang aktivis Islam di desa┬нnya. Ayahnya adalah seorang kiai dan sekaligus lurah desa. Karena kemelut politik Islam waktu itu, ayahnya terpaksa meninggalkan Jalal yang berusia dua tahun. Ia berpi┬нsah dengan ayahnya puluhan tahun sehingga ia hampir tidak punya ikat┬нan emosional de┬нngannya. Menu┬нrut teori ateisme, Jalal mestinya menjadi ateis; te┬нtapi ibunya me┬нngirimkan Jalal ke madrasah sore hari, membim┬нbingnya mem┬нbaca kitab kuning malam hari, setelah mengantarkan┬нnya ke sekolah dasar pagi hari. Jalal menda┬нpatkan pendidik┬нan agama hanya sampai akhir sekolah dasar.

Ia meninggalkan desanya sejak ia masuk SMP di Kota Ban┬нdung. Karena rendah diri, Jalal menghabiskan masa remajanya di perpustakaan negeri, peninggalan Belanda. Ia tenggelam dalam buku-buku filsafat, yang memaksanya belajar bahasa Belanda. Di situ, ia berkenalan dengan para filsuf, dan ter┬нutama sangat terpengaruh oleh Spinoza dan Nietzsche. Ayahnya me┬нninggalkan lemari buku yang dipenuhi kitab berbahasa Arab. Dari buku pening┬нgalan ayahnya itu, ia bertemu dengan Ihy├в тАШUlum Al-D├оn-nya Al-Ghazali. Ia begitu terguncang karenanya sehingga seperti (dan mungkin memang) gila. Ia meninggalkan SMA-nya dan menjelajah ke beberapa pesantren di Jawa Barat.

Ini pun tidak berlangsung lama. Ia kembali ke SMA-nya. Karena keinginan untuk mandiri, ia mencari perguruan ting┬нgi yang sekaligus memberikan kesempatan baginya untuk bekerja. Ia masuk Fakultas Publisistik, sekarang Fakultas Komunikasi, Unpad. Pada saat yang sama, ia memasuki pen┬нdidikan guru SLP Jurusan Bahasa Inggris. Ia terpaksa mening┬нgalkan kuliahnya, ketika ia menikah dengan santrinya di masjid, Euis Kartini. Setelah berjuang menegakkan keluar┬нganya, ia kembali lagi ke almamaternya.

Dalam posisinya sebagai dosen, ia memperoleh beasiswa Fulbright dan masuk Iowa State University. Ia mengambil kuliah Komunikasi dan Psikologi. Tetapi, ia lebih banyak memperoleh pengetahuan dari perpustakaan universitasnya. Ia lulus dengan magna cum laude. Karena mendapat тАЬperfect 4.0 grade point averageтАЭ, ia terpilih menjadi anggota Phi Kappa Phi dan Sigma Delta Chi.

Pada 1981, ia kembali ke Indonesia dan menulis buku Psikologi Komunikasi. Ia merancang kurikulum di fakultas┬нnya, memberikan kuliah dalam berbagai disiplin, termasuk Sistem Politik Indonesia. Kuliah-kuliahnya terkenal menarik perhatian para mahasiswa yang diajarnya. Ia aktif membina mahasiswa di berbagai kampus di Bandung. Ia memberikan kuliah Etika dan Agama Islam di ITB dan IAIN, serta mencoba meng┬нgabungkan sains dan agama.

Kegiatan ekstrakurikulernya dihabiskan dalam berdakwah dan berkhidmat pada mustadhтАШaf├оn. Ia membina jamaah di masjid-masjid dan di tempat-tempat kumuh gelandangan. Ia terkenal sangat vokal, mengkritik kezaliman, baik yang dilakukan elite politik maupun elite agama. Ia sering harus berurusan dengan aparat militer, dan akhirnya dipecat seba┬нgai pegawai negeri. Ia meninggalkan kampusnya dan melan┬нjutkan pengembaraan intelektualnya; ke Qum, Iran, untuk belajar тАШirf├вn dan filsafat Islam dari para mullah tradisional; ke Australia, untuk mengambil studi tentang perubahan po┬нlitik dan hu┬нbungan internasional dari para akademisi modern.

Sekarang, lтАЩenfant terrible ini kembali lagi ke kampusnya, Fakultas Ilmu Komunikasi, Unpad. Ia juga mengajar di bebe┬нrapa perguruan tinggi lainnya dalam Ilmu Komunikasi, Filsafat Ilmu, dan Metode Penelitian. Secara khusus, ia mem┬нbina kuliah Mistisisme di Islamic College for Advanced Studies, Jakarta. Ia menjadi Kepala SMU Plus Muthahhari, sekolah yang kini menjadi sekolah model untuk pembinaan akhlak. Sebagai ilmuwan, ia menjadi anggota berbagai organisasi profesional, nasional, dan internasional, serta aktif dalam berbagai seminar. Sebagai mubalig, ia sibuk mengisi berbagai pengajian. Jamaah yang bergabung dengannya menyebut diri mereka sebagai тАЬlaron-laron kecil тАж menuju misykat, pelita cahaya IlahiтАЭ.┬а

Misykat juga menjadi pusat kajian tasawuf dan sekaligus nama jamaahnya. Sebagai aktivis, ia membi┬нdani dan menjadi Ketua Dewan Syura untuk IJABI (Ikatan Jamaah Ahli Bait Indonesia). Sebagai kepala keluarga, ia sangat bahagia karena dikaruniai lima orang anak dan dua orang cucu. Sebagai hamba Allah, ia masih juga merasa be┬нlum sanggup mensyukuri anugerah-Nya. Beliau wafat pada usia 72 tahun di Bandung pada 15 Februari 2021.[]

рмПрм╣рм┐ рмЗрммрнБрмХрнНтАНрмХрнБ рморнВрм▓рнНрнЯрм╛рмЩрнНрмХрми рмХрм░рмирнНрмдрнБ

рмЖрмкрмг рмХрмг рмнрм╛рммрнБрмЫрмирнНрмдрм┐ рмдрм╛рм╣рм╛ рмЖрмормХрнБ рмЬрмгрм╛рмирнНрмдрнБред

рмкрнЭрм┐рммрм╛ рмкрм╛рмЗрмБ рмдрмернНрнЯ

рм╕рнНрморм╛рм░рнНрмЯрмлрнЛрми рмУ рмЯрм╛рммрм▓рнЗрмЯ
Google Play Books рмЖрмкрнНрмХрнБ, Android рмУ iPad/iPhone рмкрм╛рмЗрмБ рмЗрмирм╖рнНрмЯрм▓рнН рмХрм░рмирнНрмдрнБред рмПрм╣рм╛ рм╕рнНрм╡рмЪрм╛рм│рм┐рмд рмнрм╛рммрнЗ рмЖрмкрмгрмЩрнНрмХ рмЖрмХрм╛рмЙрмгрнНрмЯрм░рнЗ рм╕рм┐рмЩрнНрмХ рм╣рнЛтАНрмЗрмпрм┐рмм рмПрммрмВ рмЖрмкрмг рмпрнЗрмЙрмБрмарм┐ рмерм╛рмЖрмирнНрмдрнБ рмирм╛ рмХрм╛рм╣рм┐рмБрмХрм┐ рмЖрмирм▓рм╛рмЗрмирнН рмХрм┐рморнНрммрм╛ рмЕрмлрм▓рм╛рмЗрмирнНтАНрм░рнЗ рмкрнЭрм┐рммрм╛ рмкрм╛рмЗрмБ рмЕрмирнБрмормдрм┐ рмжрнЗрммред
рм▓рм╛рмкрмЯрмк рмУ рмХрморнНрмкрнНрнЯрнБрмЯрм░
рмирм┐рмЬрм░ рмХрморнНрмкрнНрнЯрнБрмЯрм░рнНтАНрм░рнЗ рмерм┐рммрм╛ рн▒рнЗрммрнН рммрнНрм░рм╛рмЙрмЬрм░рнНтАНрмХрнБ рммрнНрнЯрммрм╣рм╛рм░ рмХрм░рм┐ Google Playрм░рнБ рмХрм┐рмгрм┐рмерм┐рммрм╛ рмЕрмбрм┐рмУрммрнБрмХрнНтАНрмХрнБ рмЖрмкрмг рм╢рнБрмгрм┐рмкрм╛рм░рм┐рммрнЗред
рмЗ-рм░рм┐рмбрм░рнН рмУ рмЕрмирнНрнЯ рмбрм┐рмнрм╛рмЗрм╕рнНтАНрмЧрнБрнЬрм┐рмХ
Kobo eReaders рмкрм░рм┐ e-ink рмбрм┐рмнрм╛рмЗрм╕рмЧрнБрмбрм╝рм┐рмХрм░рнЗ рмкрмврм╝рм┐рммрм╛ рмкрм╛рмЗрмБ, рмЖрмкрмгрмЩрнНрмХрнБ рмПрмХ рмлрм╛рмЗрм▓ рмбрм╛рмЙрмирм▓рнЛрмб рмХрм░рм┐ рмПрм╣рм╛рмХрнБ рмЖрмкрмгрмЩрнНрмХ рмбрм┐рмнрм╛рмЗрм╕рмХрнБ рмЯрнНрм░рм╛рмирнНрм╕рмлрм░ рмХрм░рм┐рммрм╛рмХрнБ рм╣рнЗрммред рм╕рморм░рнНрмерм┐рмд eReadersрмХрнБ рмлрм╛рмЗрм▓рмЧрнБрмбрм╝рм┐рмХ рмЯрнНрм░рм╛рмирнНрм╕рмлрм░ рмХрм░рм┐рммрм╛ рмкрм╛рмЗрмБ рм╕рм╣рм╛рнЯрмдрм╛ рмХрнЗрмирнНрмжрнНрм░рм░рнЗ рмерм┐рммрм╛ рм╕рммрм┐рм╢рнЗрм╖ рмирм┐рм░рнНрмжрнНрмжрнЗрм╢рм╛рммрм│рнАрмХрнБ рмЕрмирнБрм╕рм░рмг рмХрм░рмирнНрмдрнБред