Pertarungan yang diperkirakan mencapai puncaknya, yang melibatkan Gemuka, Ratu Ayu Bawah Langit, Kiai Sambartaka, Eyang Puspamurti, Gendhuk Tri, Pangeran Sang Hiang, Upasara Wulung, ternyata lebih mengerikan dari semua dugaan. Ilmu segala ilmu tuntas tersuntak, merobek dan meratakan dalam arti yang sebenarnya. Pemenang utamanya bukan Upasara Wulung atau Pangeran Angon Kertawardhana. Melainkan Mahapatih Halayudha. Yang bisa mempermainkan takhta, yang duduk di singgasana. Puncak ajaran mahamanusia yang dikuatirkan oleh Sri Baginda Raja Kertanegara terbukti sudah. Aliran yang dijalani oleh ksatria lelananging jagat, di mana muaranya? Putra mahkota dari Tartar yang tersohor sakti, apa yang dilakukan sebagai pembalasan dendam? Justru tersambar panah asmara? Seperti yang diduga dan banyak diharapkan bisa terjadi pada Gendhuk Tri dengan Upasara Wulung. Tetapi percakapan asmara yang sesungguhnya justru tengah dimulai.