Beri Hatta lima pilihan, rendang, laut, buku, sekolah, dan Makkah, maka tanpa ragu dia akan memilih Makkah. Sebuah pilihan yang didasari pengaruh Pak Gaek, sang kakek yang menggantikan peran ayah, semenjak Hatta menjadi yatim. Tetapi, sang ibu tak ingin Hatta pergi ke Makkah. Alhasil, nasib pun membawa Hatta muda ke Jakarta kemudian ke Belanda. Bersinggungan dengan ketidakadilan penjajahan membuatnya bergabung dalam pergerakan nasional. Sebuah pilihan penuh risiko yang membuatnya terbuang ke Digul hingga Banda Neira.
Pilihan itu pula yang mengantarkannya bertemu dengan Soekarno, Sjahrir, dan orang hebat lainnya. Persahabatan dan pertukaran pikiran yang membentuk jalan hidup Hatta. Sjahrir yang suka pesta dan Soekarno yang melamarkan Rahmi untuknya. Meski akhirnya, Hatta terpaksa melihat bagaimana para sahabatnya ini berlintang jalan, dan dia sendiri pun tersingkir. Hatta tak pernah membenci. Di saat-saat terakhir Soekarno, dia sempat menjenguk dan menitikkan air mata melihat kondisi sahabat seperjuangannya itu.
Hatta: Aku Datang karena Sejarah, ditulis Sergius Sutanto yang telah menghasilkan sebuah film dokumenter tentang Hatta. Dengan landasan riset mendalam dan dukungan keluarga, novel ini akan membawa kita lebih dekat pada sosok pribadi bapak bangsa ini. [Mizan, Indonesia, Pahlawan, Presiden, Wakil, Sejarah, Bangsa]
Sejak remaja Sergius Sutanto sudah menyebarkan puisi-puisi dan feature-nya ke berbagai majalah dan surat kabar, seperti Sinar Harapan, Suara Karya, Majalah Zaman, dan Kawanku.
Pernah bergabung sebagai creative, produse