Dengan demikian aku selalu merasa aman untuk bekerja hingga selarut apapun karena pulangnya selalu diantar. Tak jarang aku memintanya mampir untuk sekedar memberinya secangkir kopi hingga suamiku pun mengenalnya dengan baik. Bahkan suamiku pun kerap kali memberinya beberapa bungkus rokok kesukaannya.
Pak Narto cocok jadi tenaga pengamanan. Banyak sekali orang bilang begitu. Termasuk suamiku. Padahal usianya nyaris limapuluh. Tubuhnya cukup kekar. Ada bekas luka cukup lebar di leher bagian kanan. Katanya pernah menjadi preman pasar. Pernah kulihat di lengannya ada tato kecil bergambar petir dan tengkorak. Untungnya selalu dia tutupi tato itu. Ia sudah menjadi satpam di bank tempat kubekerja selama 8 tahun.
penyuka cerita jadul