Segugus Percakapan Cinta di bawah Matahari: Antologi Dua Penyair Malaysia - Indonesia

·
Yayasan Pustaka Obor Indonesia
5.0
2 reviews
Ebook
155
Pages
Ratings and reviews aren’t verified  Learn More

About this ebook

 Shamsudin Othman dan D. Zawawi Imron bukan sekadar dua sosok yang terpisah jauh di dua negara, tetapi kedua-duanya juga datang daripada jurang dua generasi yang berbeza. Zawawi membesar dalam zaman kegetiran negara Indonesia untuk bangun sebagai negara bangsa yang merdeka dan sempat merasai “nikmat” hidup miskin yang membangunkan daya fikir dan daya puitis yang luar biasa, selain tidak berpeluang menyambung pendidikan sehabis SD, yang kemudiannya menyebabkan beliau harus membuat kerja-kerja berat untuk menyambung kehidupan. Shamsudin pula membesar ketika Malaysia sudah melangkah ke era baharu, kemudahan pendidikan diberikan secara menyeluruh kepada rakyat, dan peluang pekerjaan terbuka. Walaupun berbeza latar dan pengalaman hidup, namun kedua-duanya mempunyai persamaan. Persamaan itu ialah, kedua-duanya mendukung kecenderungan yang sama, iaitu karya-karya mereka tegar dan teguh dengan nuansa Islam, seperti yang termuat dalam antologi ini.

Antologi yang mempertemukan dua penyair hebat daripada dua negara tetangga yang terpisah oleh garis geografi, tetapi menyatu dalam rumpun yang sama ini, menjadi khazanah yang harus dimiliki dan dicernai.

Ratings and reviews

5.0
2 reviews

About the author

 D. ZAWAWI IMRON lahir dalam keluarga petani miskin di desa Batang-batang Laok Kecamatan Batang-batang, Kabupaten Sumenep, di ujung timur Pulau Madura, Jawa Timur, pada tanggal 21 September 1943. Pendidikan yang pernah ditempuh yaitu SR (Sekolah Rakyat) 6 tahun kemudian melanjutkan ke Pesantren Lambcabbi, Gapura, Sumenep, selama 18 bulan. Di pesantren ini bakat sastranya mulai tumbuh dan terus rajin belajar menulis puisi. Kehidupan kesenian masyarakat Madura banyak memacu bakat kepenyairannya. Di desa terpencil yang jauh dari kota itu sampai sekarang ia ikut mengasuh Pesantren Al-Miftah. Selain itu ia ikut mengasuh Pesantren Budaya “Ilmu Giri” di Pergunungan Seribu, Bantul Yogyakarta. Sampai sekarang tetap tinggal di desa kesayangannya sambil ikut mengasuh pesantren.

Kumpulan sajak yang dihasilkan beliau ialah Semerbak Mayang (1977), Madura Akulah Lautmu ((1978), Bulan Tertusuk Ilalang (1982), Nenekmoyangku Airmata (1985), Celurit Emas (1986), Derap-derap Tasbih (1993), Berlayar di Pamor Badik (1994), Lautmu Tak Habis Gelombang (1995), Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996), Madura Akulah Darahmu (1996), Cinta Ladang Sajadah (2002), Refrein di Sudut Dam (2004), Kelenjar Laut (2007), dan Jalan Hati Jalan Samudra (2010).

Beberapa anugerah dan penghargaan juga pernah diraih beliau. Antaranya ialah Hadiah Yayasan Buku Utama (1985), Hadiah Penulisan Buku Puisi Terbaik untuk buku Nenekmoyangku Air Mata (1990), Hadiah MASTERA untuk kumpulan puisi Kelenjar Laut, S.E.A Write Award (2011), Indonesia Bisa Award (2012), dan Asrul Sani Award (2013).

Rate this ebook

Tell us what you think.

Reading information

Smartphones and tablets
Install the Google Play Books app for Android and iPad/iPhone. It syncs automatically with your account and allows you to read online or offline wherever you are.
Laptops and computers
You can listen to audiobooks purchased on Google Play using your computer's web browser.
eReaders and other devices
To read on e-ink devices like Kobo eReaders, you'll need to download a file and transfer it to your device. Follow the detailed Help Center instructions to transfer the files to supported eReaders.