Falsafah Jawa tercermin dalam beberapa pitutur yakni alon-alon waton kelakon bermakna kehati-hatian agar tujuan terlaksana. Kelakon menjadi kata kunci bahwa masyarakat Jawa sangat optimis namun jangan sampai gagal sehingga dalam bertindak harus hati-hati, bukan pelan yang selama ini diartikan salah oleh sebagian kalangan. Selain itu masyarakat Jawa memegang prinsip ada dina ana upa yang berarti rejeki sudah disediakan oleh Tuhan, namun harus disertai usaha dan ketekunan, ora obah ora mamah. Optimisme Jawa juga tercermin dari pitutur sapa tekun, golet teken, bakal tekan sama juga dengan makna sapa tekun bakal tinemu yang memiliki makna kesungguhan menjadi syarat dalam mencapai tujuan.
Optimisne Barat terbentuk oleh nilai kemandirian (Chang, 2003) sedangkan di Indonesia (Suku Jawa) menurut pandangan Hofsetde (1983) terbentuk oleh budaya kolektivisme tinggi, uncertainty avoidance yang tinggi, power distance yang tinggi dan feminism mengutamakan kebersamaan serta kepedulian, dan pencapaian tujuan mempertimbangkan harmonisasi nilai. Suku Jawa menyukai prinsip kehati-hatian melangkah tidak dengan ketergesa-gesaan serta bersandar pada norma agama, norma sosial maupun ilmu pengetahuan yang berkembang.
Siti Nur Azizah lahir di Kebumen pada tanggal 24 Mei 1975. Penulis yang saat ini menjadi dosen di STIE Putra Bangsa serta memiliki motto hidup “Sopo tekun bakal tekan” ini tinggal di Dukuh Srepeng RT/RW. 002/002, Desa Candiwulan Adimulyo, Kab. Kebumen, Jawa Tengah.
Siti Nurhayati adalah guru besar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pekalongan. Konsentrasinya adalah Sumber Daya Manusia. Peneliti aktif serta menulis buku metode penelitian. Beberapa penelitiannya bertemakan pengelolaan SDM pada UKM batik.
Ade Irma Anggraeni adalah dosen tetap pada FEB Universitas Jenderal Soedirman. Seorang Doktor dengan konsentrasi Sumber Daya Manusia, peneliti aktif dan pengelola Lembaga Penelitian pada Universitas Jenderal Soedirman.