Buku ini membahas persiapan perang, perbekalan dan peralatan yang berguna di dalam perang jangka pendek dan panjang, jarak yang efektif untuk mengatur pasukan, penggunaan elemen- elemen alam yang dapat membantu kita seperti misalnya api dan air, bahkan tentang bagaimana cara menggunakan dan mencari jasa mata-mata di medan perang demi mencapai kemenangan.
Banyak orang yang berkata bahwa buku The Art of War ini merupakan buku strategi perang yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Memang benar musuh yang dilawan dalam perang itu adalah musuh dalam pekerjaan, musuh dalam percintaan, dan bahkan menahan emosi kita sendiri. Karena itu, buku ini mampu memberikan perubahan dalam hidup Anda.
Sun Tzu merupakan seorang bangsawan miskin yang tidak mempunyai banyak harta dan tanah dia bekerja sebagai tentara bayaran. Meskipun hanya seorang tentara bayaran, Sun Tzu mempunyai kemampuan intelektual yang dapat dibilang lebih dari rata-rata. Dia menulis sebuah buku atau literasi kemiliteran yang terkenal yaitu Bingfa (seni perang).
Ide-ide perang yang ada di dalam buku tersebut menarik perhatian Raja Helu dari Wu. Kemudian, Raja Helu memintanya untuk menjadi pemimpin Angkatan Bersenjata Kerajaan Wu dan mengajarkan strategi perang seperti yang tertulis dalam bukunya.Sunmenerima tawaran ini dan siap melakukan perintah dari sang raja. Kepada Sun, Raja Wu mengirim 180 selir kerajaan dan meminta Sun melatih mereka. Sun pun mulai melakukan tugasnya. Dia membagi para selir itu menjadi dua kelompok dan menyuruh mereka untuk berbaris. Kemudian dia memilih dua orang selir yang dianggap paling cantik untuk menjadi komandan atas dua kelompok tersebut. Sun mulai mengajarkan mereka bagaimana menghadapi serangan musuh dari semua sisi.
Dia memeragakan gerakan-gerakan menyerang dan bertahan sampai diulang-ulang sebanyak lima kali. Kemudian dia menyuruh prajurit-prajurit perempuan itu mengulanginya kembali. Dia menghitung sampai tiga dengan memukul drum sebagai aba-aba. Namun, ketika dia memukul drum, para perempuan itu malah menertawakannya. Melihat reaksi para prajuritnya, Sunberkata, “Jika kata-kata yang diucapkan tidak jelas dan perintah yang diberikan tidak jelas, maka itu adalah kesalahan komandan.” Kemudian, dia mengulangi lagi secara rinci perintah yang telah disampaikan sebelumnya. Sekali lagi dia memukul drum sebagai aba-aba agar mereka segera menjalankan perintahnya. Namun, para selir yang dilatihnya itu malah tertawa.
Melihat hal ini, Sun kemudian berkata, “Jika semua instruksi dan perintah sudah diperjelas, tetapi tidak dilaksanakan sesuai dengan hukum militer, ini adalah kejahatan para prajurit.” Dan dua selir terbaik kerajaan yang ditunjuknya menjadi pemimpin atas kedua kelompok tersebut harus bertanggung jawab. Dia memerintahkan orang untuk memenggal kepala kedua selir itu. Raja Wu berusaha untuk menghentikan niat sununtuk mengeksekusi kedua selir itu. Melihat reaksi Sang Raja, Sun berkata, “Jika Sang Komandan menjadi kepala angkatan bersenjata, dia tidak perlu mendengarkan titah Paduka Raja.” Kedua perempuan pemimpin regu itu pun akhirnya dieksekusi. Pengalaman dua pemimpin regu ini rupanya membuat prajurit yang lain ketakutan dan segan terhadap Sun. Beberapa hari berikutnya, Sun kembali melatih mereka, semua perintahnya dilaksanakan dengan sempurna. Kemudian Sunmengatakan hal ini, “Raja suka melontarkan katakata hampa dan tidak mampu mempraktikkannya dalam kenyataan.” Melihat kemampuan Sun Tzu yang bisa diandalkan, Raja Helu mengangkatnya menjadi kepala angkatan bersenjata kerajaan.
Sun Tzu (hidup sekitar 500 SM) adalah seorang jendral dan pakar strategi militer pada masa Tiongkok kuno yang namanya jauh lebih dikenal sebagai pengarang literasi tentang taktik militer, Seni Peperangan (The Art of War). Baik secara harfiah atau hanya ide pemikirannya saja,Sun-Tzu sering dikaitkan dengan golongan Militer (The School of the Military), yang merupakan cabang filsafatyang lebih mengedepankan kesiapan dan mentalitas militer dalam menjaga kedamaian dan keamanan. Aliran tersebut berkembang dalam kurun sejarah bernama Periode Musim Semi dan Gugur (Spring and Autumn Period, sekitar 772-476 SM) dan merupakan bagian dari salah satu cabang utama filfasat Tiongkok kuno yangdisebut Seratus Aliran Pemikiran (Hundred Schools of Thought).