Penulis : Suwandi Purba
Ukuran : 15,5 x 23 cm
Tebal : 109 Halaman
Cover : Soft Cover
No. ISBN : 978-623-162-339-3
SINOPSIS
Nama Djumongkas Hutagaol tak bisa dilepaskan dari perjalanan perkembangan transportasi darat di dalam Kota Medan . Ia bahkan telah menjadi sebuah fenomena yang banyak mewarnai dinamika maju mundurnya moda angkutan kota.
Berawal dari anak desa yang merantau bermodal “hosah” (nafas), dari kuli bangunan kemudian menjadi pegawai BUMN PT Nindya Karya, Djumongkas Hutagaol muda kemudian bermetamorfosa menjadi pengusaha.
Djumongkas memilih keluar dari zona aman meninggalkan PT Nindya Karya di tahun 1983, perusahaan yang telah membawanya keluar dari kemiskinan.
Keluar dari tempatnya bekerja dan memilih hidup di “pasaran” sebagai seorang pengusaha .
Predikat “preman” seakan melekat pada dirinya tatkala terjun ke kawasan Sambu untuk mulai mengurus usahanya angkutan kota.
Medan Bus, sebuah nama armada mini bus angkutan kota ia kelola. Sebagai pemain baru, Djumongkas sudah pasti mendapat beragam tantangan, dihempang, ditekan, bahkan diancam .
Ia tak mundur sejengkal pun semua ia hadapi dan dengan main tunggal.
Medan Bus kemudian menjadi salah satu angkutan kota vital di Medan di tahun 80-an hingga 90-an dan 2.000- bahkan hingga saat ini .
Mungkin tak terhitung sudah berapa pelajar dan mahasiswa di kota ini yang menggunakan armada Medan Bus di masa lalu , dan kini sudah berhasil menjadi “orang”.
Kiprah Djumongkas di dunia angkutan darat seakan tak akan ada akhirnya , ketika kemudian di tahun 2020 Kementrian Perhubungan RI memercayakan dirinya sebagai pengelola jasa angkutan kota modern PT Trans Metro Deli .
Kepercayaan tersebut tak ia sia-siakan dan kini Trans Metro Deli sudah menjadi alternatif pilihan utama pengguna jasa transportasi massal yang secara perlahan mulai mengubah budaya warga kota untuk memilih angkutan massal ketimbang menggunakan angkutan pribadi , guna efisiensi, efektivitas dan tentunya untuk mengatasi kemacetan kota.
Dendam kemiskinan di masa kecil yang berlanjut hingga ia berkeluarga dan punya anak tiga, menjadi inspirasi baginya untuk membuka unit usaha angkutan kota, developer, perkebunan sawit ,, persawahan dan Kilang Padi, Pertukangan Kayu, Peternakan , dan doorsmer.
Aktivitas Djumongkas dalam kehidupan sosial politik , tak terlepas dari dendam kemiskinan di masa lalu. Ia ingin menjadi orang yang diperhitungkan dan menjadi penentu, agar keterkucilan dan ketidakberdayaan akibat kemiskinan di masa lalu impas terbayar .
Nama Djumongkas seakan bak “panglima” di kubu SSA, saat terjadi konflik kepemimpinan di tubuh Gereja HKBP. Seorang jemaat HKBP yang berani terdepan menentang intervensi pemerintah dan militer melalui Kodam I BB. Terancam dipukul, diculik hingga ditangkap aparat tak menyurutkan nyalinya.