Kelimapuluh topik dijelaskan secara ringkas dan padat oleh Syeikh Ibrahim dalam buku ini secara argumentatif. Tidak hanya menggunakan basis argumen teks Quran Hadits (dalil naqli) saja, Syeikh Ibrahim juga menggunakan argumentasi rasio (dalil aqli) sehingga mudah dipahami. Pembahasan buku ini juga sangat padat. Karenanya, penerjemah menambahkan beberapa penjelasan agar bisa lebih mudah dicerna. Beberapa penjelasan penting disarikan dari syarah yang ditulis Syeikh Nawawi al-Bantani.
Ibrahim Al-Bajuri lahir di Bajur, sebuah desa di provinsi Manufiah Mesir pada 1 Januari 1784 M. Ia lahir dari keluarga yang sangat relijius.
Pada usia remaja, ia belajar banyak kepada ayahnya. Ibrahim kemudian melanjutkan belajar di Perguruan Al-Azhar Kairo dari tingkat rendah sampai perguruan tinggi. Sayangnya, baru sebentar belajar ia harus mengungsi selama tiga tahun lantaran Kairo diinvasi Prancis.
Seusai perang pada 1801, ia melanjutkan studi dan menyelesaikannya dengan sempurna. Kemampuan dan pengetahuan Ibrahim akan kajian Islam sangat mendalam, sehingga ia diangkat sebagai Imam Besar (Syeikh) di Universitas al-Azhar.
Ibrahim menuliskan banyak kitab dalam bidang akidah, fikih, akhlak, tafsir, hadits, sejarah, logika, sastra, dsb. Ia dikenal sebagai ulama yang banyak menulis tentang akidah Islam ala ahlu sunnah wal jamaah.
Dalam kajian fikih, ia juga dikenal prolifik. Kitab karyanya yang sering dirujuk di pesantren adalah Hâsyiyah al-Bâjûrî ‘ala Syarh Ibn Qasim al-Ghazi Fath al-Qarîb yang terdiri atas 2 jilid besar.
Kitab lain yang ia tulis di antaranya: Syarh Bidâyah al-Murîd, Syarh Burdah lil Busyairi, Hâsyiyah ‘ala al-Fawaid al-Syansûriyyah, Hâsyiyah ‘ala ar-Risâlah as-Samarqandiyah, Hâsyiyah ‘ala Jawhar at-Tauhîd, Hâsyiyah ‘ala Sulam al-Manawraq, dan Mawâhib al-Ladûniyyah.
Ia meninggal dunia pada 17 Juni 1860 di Kairo setelah menderita demam.