Hawa nafsunya mengembangkan bisnis membawanya harus berurusan dnegan Pak Yasi, kakek tua pemilik tanah dan rumah sewa di daerah kumuh di pinggir kota. Segala cara dihalalkan Jazuli asalkan dia dapat memperoleh tanah Pak yasi. Namun, ternyata Pak Yasin memiliki kekuatan yang tidak dimiliki Tuan Direktur. Orang-orang yang awalnya memihak Tuan Direktur beralih ke sisi Pak Yasin.
Berhasilkan Pak Yasin mempertahankan tanahnya dan melawan kekuatan Tuan Direktur di saat kondisi kacau ketika tuduhan membuat perkumpulan rahasia untuk menggulingkan pemerintah terbongkar pihak kepolisian? Kekuatan apakah yang dimiliki Pak Yasin sehingga membuat Tuan Direktur sulit mengalahkan Pak Yasin dan membuatnya harus berurusan dnegan aparat hukum?
Buya Hamka di novel ini mengangkat fenomena sosial politik yang masih sangat berelasi dengan masa sekarang.
[Gema Insani] [Buya Hamka] [Hamka]
Prof.Β DR.Β H.Β Abdul Malik Karim AmrullahΒ gelarΒ Datuk Indomo, pemilikΒ nama penaΒ HamkaΒ (lahir diΒ Nagari Sungai Batang,Β Tanjung Raya,Β Kabupaten Agam,Β Sumatra Barat,Β 17 FebruariΒ 1908Β βΒ meninggal diΒ Jakarta,Β 24 JuliΒ 1981Β pada umur 73 tahun) adalah seorang ulama dan sastrawan Indonesia. Ia melewatkan waktunya sebagai wartawan, penulis, dan pengajar. Ia terjun dalam politik melaluiΒ MasyumiΒ sampai partai tersebut dibubarkan, menjabatΒ Ketua Majelis Ulama IndonesiaΒ (MUI) pertama, dan aktif dalamΒ Muhammadiyahsampai akhir hayatnya.Β Universitas al-AzharΒ danΒ Universitas Nasional MalaysiaΒ menganugerahkannya gelar doktor kehormatan, sementaraΒ Universitas Moestopo, JakartaΒ mengukuhkan Hamka sebagai guru besar. Namanya disematkan untukΒ Universitas Hamkamilik Muhammadiyah dan masuk dalamΒ daftar Pahlawan Nasional Indonesia.
Seorang otodidak dalam berbagai bidang ilmu, Hamka tercatat sebagai penulis Islam paling prolifik dalam sejarah modern Indonesia. Karya-karyanya mengalami cetak ulang berkali-kali dan banyak dikaji oleh peneliti Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Tulisannya telah menghiasi berbagai macam majalah dan surat kabar.Β Yunan NasutionΒ mencatat, dalam jarak waktu kurang lebih 57 tahun, Hamka melahirkan 84 judul buku. Minatnya akan bahasa banyak tertuang dalam karya-karyanya.Β Di Bawah Lindungan Ka'bah,Β Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, danΒ Merantau ke DeliΒ yang terbit di Medan melambungkan nama Hamka sebagai sastrawan. Ketiganya bermula dari cerita bersambung yang diterbitkan oleh majalahΒ Pedoman Masyarakat.Β Selain itu, Hamka meninggalkan karya tulis yang menyangkut tentang sejarah, budaya, dan bidang-bidang kajian Islam.