Kota-Ku sebenarnya berisi sebagian besar tulisan yang saya
perbarui kembali dari buku pertama Malang Kota Kita, Catatan
Problematika Kota Malang yang terbit tahun 2007. Barangkali ini
mengindikasikan adanya kemandekan kemampuan menulis
(Saya). Namun demikian repro ulang tulisan pada buku
sebelumnya, adalah untuk mengingatkan kembali bahwa ada
hal-hal penting yang belum terselesaikan dalam kaitannya
dengan pembangunan Kota Malang. Sehingga atas dasar inilah
saya mendesain kembali tulisan pada buku Malang Kota Kita,
Catatan Problematika Kota Malang menjadi buku baru Catatan
Pinggir, Malang Kota-Ku. Bagian pertama buku ini berisikan catatan Kilas Balik Kota
Malang yang mencatat berbagai persoalan di Kota Malang
utamanya pada masa kepemimpinan Peni Suparto selama dua
periode pada tahun 2003-2013. Periode awal kepemimpinan
Peni Suparto dihadapkan pada dua tantangan penting, yaitu:
memantapkan Malang sebagai kota pendidikan dan upaya pembenahan kota yang bersinggungan dengan kepentingan
lingungan hidup.
Konsep penataan kota era Peni Suparto yang mengandalkan
pada pembangunan fisik memunculkan persoalan, yaitu antara
kepentingan pemilik modal dan keseimbangan lingkungan.
Beberapa persoalan tersebut penulis ungkap kembali untuk
mengingatkan bahwa kepentingan pembangunan seringkali
berbeda dan berbenturan dengan arah penataan Kota Malang
sebagaimana yang tercantum pada RPJPD Kota Malang
tahun 2003-2020 yang salah satu visinya adalah mewujudkan
Kota Malang sebagai kota pendidikan yang berkualitas dan
berwasasan lingkungan.
Akan halnya kepemimpinan Walikota pengganti berikutnya
M. Anton (2013-2018) sampai dengan periode kepemimpinan
Sutiaji (2018-2023), arah pembangunan Kota Malang masih
banyak menyimpan persoalan. Kepemimpinan M. Anton
sebagai Walikota Kota Malang yang paling berhasil mewarnai
pembenahan dan penataan lingkungan Kota Malang. Periode
2013-2018 era kepemimpinan M. Anton dianggap sebagai
pondasi dasar perubahan Kota Malang ke arah keseimbangan
lingkungan ternyata gagal dalam menangani persoalan
akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah.
Akan halnya kepemimpinan Walikota Sutiaji pada periode
2018-2023 dihadapkan pada persoalan-persoalan mendasar
terkait dengan masih rendahnya aksesibilitas dan pelayanan
bidang pendidikan dan kesehatan, persoalan meningkatnya
angka pengangguran tenaga terdidik, menurunnya kualitas
infrastruktur sarana dan prasarana wilayah, ketidakseimbangan
kualitas lingkungan hidup, meningkatnya ketidakpuasan
masyarakat terhadap pelayanan publik dan masih rendahnya
akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah daerah.
Persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kepemimpinan
Walikota M. Anton dan Sutiaji memang tidak secara spesifik ditulis secara runtut namun catatan pinggir dalam buku ini
bisa merefleksikan bahwa persoalan-persoalan yang dihadapi
oleh siapapun Walikota Malang kemungkinan akan sama
berkaitan dengan persoalan akuntabilitas penyelenggaraan kota,
keseimbangan lingkungan dan memantapkan Kota Malang
sebagai kota pendidikan.
Benang merah yang dapat ditarik dari Buku Catatan
Pinggir ini untuk menunjukkan bahwa pemikiran kilas balik
dapat ditarik ke depan untuk mengurai berbagai persoalan
pembangunan di Kota Malang dari sudut masyarakat.
Bagian lain Catatan Pinggir, Malang Kota-Ku berisikan
mengenai persoalan ekonomi, lingkungan, kesehatan, dan
berbagai persolan pendidikan yang menarik untuk diamati
sebagai sebuah fenomena.
Berbagai catatan tersebut merupakan opini penulis yang
mencoba mengurai masalah tanpa memberikan catatan
pembanding. Oleh karenanya akurasi dan kebenaran data
merupakan opini penulis yang masih jauh dari kesempurnaan.
Faktor subyektifas dalam beropini dan ketidakmampuan dalam
meramu bahasa tulis bisa jadi menjadi kelemahan terbesar dalam
penyusunan buku ini.
Opini dalam catatan ini paling tidak bisa memberikan nuansa
dengan sudut yang berbeda. Menyitir apa yang disampaikan
oleh Pram (PAT) pada pengantar awal, terbitnya Buku ini sematamata
untuk menghadirkan jejak diri dalam sebuah tulisan.