Begitu jelas ketimpangan antara institusi dan kultur demokrasi, demikian pula ketimpangan antara tuntunan moral agama dan perilaku brutal umat beragama. Berbagai kondisi ambigu masyarakat Indonesia pasca reformasi dinarasikan secara apik dalam buku Demokrasi dan Sentimentalitas ini. Hal itu mengindikasikan capaian kita memang baru pada level demokrasi prosedural. Belum mampu mewujudkan demokrasi substansial yang mengedepankan nilai-nilai kebajikan (virtual values); menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, memenuhi hak-hak individu, menjamin hak minoritas, serta menyejahterakan seluruh warganegara. Terlihat pula ambivalensi peran agama dalam politik kontemporer. Sejatinya agama menjadikan masyarakat lebih taat hukum, jauh dari perilaku koruptif serta lebih tergerak mewujudkan kehidupan damai dan harmoni. Faktanya, agama justru menjadi alat ampuh membenarkan intoleransi dan tindakan sektarian yang menodai kesucian agama. Buku ini patut dibaca oleh semua pemangku kepentingan di negeri ini.