SANG MULLAH YANG MENDUNIA
Judul Buku : 360 Cerita Jenaka Nasruddin Hoja
Ulangkisah : Irwan Winardi
HAMPIR tiap etnis atau bangsa memiliki tokoh-tokoh lucu, humoris, Bahkan konyol dan sinting dengan perkataan dan perilakunya kadang-kadang menggelikan atau menjengkelkan dan tidak masuk akal serta diluar kewaiaran Namun jika direnungkan, dibalik ketidaknormalannya terkandung butir-butir hikmah.
Di Tatar Sunda misalnya, ada tokoh Si Kabayan. Di Jawa Tengah ada Man Doblang. Di Bali terkenal nama Pan Balang imak. Di Sumatera, Lebai Malang. Di Jerman ada Baron von Munchausen. Semuanya berwatak sama : lugu tapi bijak.
Di antara nama-nama itu, Nasruddin Hoja tampaknya yang paling menjulang. mungkin karena sering dikisahkan berulang-ulang dalam berbagai versi dan bahasa. Serta mendapat dukungan yang paling teapat seiring dengan penyebaran kekuasaan Islam keseantero permukaan bumi. Juga dijadikan media pendidikan oleh kelompok-kelompok sufi yang juga lemiliki wilayah pengaruh cukup luas.
Keuniversalan kisah Nasruddin Hoja membuat Unesco menetapkan tahun 1996 :bagai "Tahun Nasruddin Hoja". Terjemahan kisah-kisah Nasruddin Hoja dalam bahasa Indonesia cukup banyak,. Buku "360 Cerita Jenaka Nasruddin Hoja" yang dibicarakan di sini, merupakan versi paling lengkap dari berbagai versi Indonesia.
Apakah tokoh Nasruddin Hoja memang ada dan pernah hidup di dunia nyata? Atau hanya tokoh fiksi yang dititigi gagasan-gagasan tertentu oleh para jurukisah di setiap jaman? Sulit untuk dijawab. Yang jelas, kisah-kisah Nasruddin dikenal dimana-mana. Di Asia Tengah, tempat Islam dan umat Islam berkuasa hampir 5 abad, telah diproduksi film tentang Nasruddin. Di Cina, telah terbit buku kisah Nasruddin dalam bahasa Cina. Di Prancis dan Amerika Serikat juga pernah dibuat film yang menampilkan sosok Nasruddin Hoja.
Resensi buku Harian Pikiran Rakyat
Popularitas Nasruddin mungkin bukan karena sosoknya yang aneh dan nyeleneh. Melainkan dari wataknya yang optimistik, cekatan, dan kritis. Mengandung pesan moral yang tinggi. Sehingga dapat dijadikan bahan untuk muhasabah (meneliti diri sendiri). Anekdot yang dipilih penyusun untuk memberi contoh kepiawaian Nasruddin mengkritik dan menyadarkan orang, cukup tepat misalnya saja kisah di bawah ini:
"Wahai Mullah, "teriak seorang bangsawan sombong ketika berjalan men-dahului Nasruddin. "Arah mana jalan menuju ibukota?"
Bagaimana engkau bisa tahu kalau aku Mullah ? Orang yang hanya kebetulan menggunakan kata "Mullah" itu ingin menunjukkan apa yang tidak ia miliki." kata Nasruddin.
"Aku bisa membaca pikiran orang," katanya sombong.
"Bagus," kata Nasruddin. "Sekarang, baca saja arah yang menuju ibukota dalam pikiranku."
Nasruddin Hoja konon berkebangsaan Turki. hidup di akhir abad 15. Lahir di De-sa Khortu, Sivri Hisar, Anatolia Tengah. Setelah melalui berbagai jenjang pendidikan, menjadi guru terpandang di ko-ta tempat tinggalnya. Setelah meninggal, dimakamkan di Kota Ak Shehir, Konya. Kuburannya banyak diziarahi hingga kini.
Siapa Nasruddin Hoja sesungguh tidak penting. Anekdot-anekdotnya justru yang membuat ia tetap "hidup" panjang jaman. Para pemikir dan pembesar dari berbagai bangsa dan negara telah berusaha mengabadikan aneka macam kisah Nasruddin, baik yang dinisbatkan langsung kepada namanya; Nasruddin Hoja, Mullah Nasrudin -nama lain, seperti Juha, Hani atau Bahlul. Penulis terkenal Mesir, Abbas Mahmud al Aqqad mengumpulkan kisah-kisah ruddin dalam buku "Juha adh Dhaikul Mudhik", Idries Shah, penulis kisah-l sufi termashur, menulis buku "The Plesanntries of Incredible Mulla Nasruddin dan banyak lagi.
Hal ini menunjukkan perhatian terhadap kandungan isi kisah-kisah Nasruddin yang bukan semata-mata humor melainkan ilmu dan filsafat yang dikemas dalam bentuk anekdot.
Untuk menutup resensi ini ada baiknya dikutip petuah Nasruddin Hoja tentang kiat agar tetap sehat: "Hangatkan kakimu. Dinginkan kepalamu. Perhatikan makananmu. Jangan terlalu banyak makan dan jangan terlalu memikirkan kesedihan dan persoalan yang menimpamu mu. Insya Allah kau akan tetap sehat.
Di tengah krisis multidimensiona lai dari krisis ekonomi, tekanan utang, kesempitan lapangan kerja, keminiman upah dan teror yang meluluhlantakka negara sekuat Amerika Serikat, humor Nasruddin barangkali dapat menjadi penawar ketegangan. Barangkali.