Pengetahuan bisa menghambat.
Ketidaktahuan justru membebaskan.
Tahu kapan untuk tahu dan kapan untuk tak tahu,
sama pentingnya dengan pedang yang tajam.
-Suzume-no-Kumo (1434)
Apakah kemampuan mengetahui masa depan bisa menguntungkan, atau justru membawa malapetaka? Mampukah pengetahuan seperti itu melahirkan seorang samurai sejati, yang tabu mengeluh ketika mengalami siksaan fisik paling hebat sekalipun, yang rela mati menjunjung tinggi kehormatan dan kesetiaan, namun tetap dianggap wajar untuk menangis tersedu saat merasakan keharuan dan kebahagiaan?
Samurai: Kastel Awan Burung Gereja adalah kisah hidup Daimyo Akaoka, Genji Okumichi-kisah tentang sebuah pergolakan zaman, perbenturan Timur dan Barat, budaya dan norma, agama dan dogma, kehormatan dan kemanusiaan. Kisah yang menyeruakkan kesadaran kita bahwa pengetahuan dan keyakinan manusia bukan merupakan kebenaran hakiki.
"Kaya pengalaman ? dengan akhir tak terduga
yang menorah lebih dalam daripada pedang samurai."
-San Francisco Chronicle
"Buku ini langsung merampas perhatian Anda dari awal hingga akhir."
-The Washington Post
[Mizan, Qanita, Novel, Kisah, Terjemahan, Pedang, Samurai, Jepang, Indonesia]