Ia sering menangani dan menyaksikan orang yang hilang kesadaran saat dibius menjelang operasi. Ternyata hilangnya kesadaran itu juga beragam prosesnya. Ada yang tegang, ngomel-ngomel dan ketakutan, atau sebaliknya tenang dan pasrah.
Begitu pula sebaliknya saat siuman. Ada yang masih dengan omelan dan ketakutannya, ada pula yang siuman dengan tenang. ‘’Rupanya alam bawah sadar sangat berpengaruh, sehingga sampai muncul di alam sadarnya,’’ tuturnya.
Proses hilangnya kesadaran ini pula yang terjadi pada orang yang sedang mengalami sakaratul maut. Meskipun dengan penyebab yang berbeda. Dan sampai merenggut nyawa.
Tetapi ada kemiripan, sehingga bisa diangkat sebagai studi kasus dalam memahami proses kematian itu. Sebagaimana pula, pengalaman orang-orang yang pernah mengalami Near Death Experience.
Saat kehilangan kesadaran itulah, seseorang yang sedang mengalaminya seperti memasuki sebuah lorong gelap yang berujung cahaya. Apakah yang terjadi secara medis? Dan apa pula yang terjadi secara spiritual? Agus Mustofa mengajak Anda untuk mendiskusikannya dalam buku ini.
Untuk apa? Untuk menyiapkan diri dan mental kita dalam menyongsong datangnya kematian yang memang tak pernah kita ketahui waktu dan rasanya. Semakin banyak yang kita ketahui tentang kematian itu, Insya Allah akan semakin siap pula kita menghadapinya.
Apakah itu berarti kita sudah putus asa dalam menghadapi hidup? Tentu saja bukan. Sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah agar kita sering melakukan ziarah kubur atau takziah kematian, diskusi kali ini akan menjadi salah satu cara agar menjadi orang bijaksana dalam menjalani hidup dan kelak melewati sakaratul maut.
Akhirnya, kita berdoa kepada Allah Sang Penguasa kehidupan dan kematian, agar kita menjadi orang-orang yang diberi jalan kemudahan untuk kembali kepada-Nya. Jalan yang penuh nikmat. Bukan jalannya orang-orang yang dimurkai, dan bukan jalannya orang-orang yang tersesat. Amiin yarabbal alamiin...
Agus Mustofa adalah penulis yang sangat produktif. Setiap tiga bulan sekali selalu menerbitkan satu buku atau lebih. Dan itu sudah berjalan secara konsisten 16 tahun terakhir.
Alumni Teknik Nuklir UGM, Yogyakarta dan mantan wartawan itu telah menghasilkan lebih dari 60 judul buku. Sebagiannya diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, Arab dan Melayu. Buku-bukunya dikenal secara populer sebagai Serial Diskusi Tasawuf Modern.
Anak mursyid tarekat di zaman Bung Karno, Syekh Djafri Karim, itu selama setahun tinggal di Kairo Mesir, untuk mengasah dan memperdalam pemikiran-pemikiran keagamaannya yang dikenal kritis & kontroversial.
Ketika di Mesir itu, ia melakukan perjalanan bersejarah menyusuri Sungai Nil sepanjang lebih dari 5000 km, yang ditulis setiap hari di koran-koran Grup Jawa Pos dan lantas disempurnakan menjadi buku Best Seller berjudul : “EKSPEDISI SUNGAI NIL, Sebuah Perjalanan Spiritual”.
Mantan wartawan berputera empat ini bertekad menulis terus sampai maut datang menjemput.