Kisah Asmara dengan Mbak Wulan: Kumpulan Cerita Romantis Dewasa Vol 88

Lovely Story Publisher
4.7
3 reviews
Ebook
181
Pages
Eligible
Ratings and reviews aren’t verified  Learn More

About this ebook

Dapatkan free ebook sinopsis dan pratinjau judul kami lainnya di:

-> -> bit.ly/andini-citras <- <-

*

Keunggulan Ebook ini:

- Halaman Asli, tersedia header dengan judul bab

- Baca dengan keras, Menjadi audio book dengan dibacakan mesin berbahasa Indonesia

- Teks Mengalir, menyesuaikan ukuran layar

- Ukuran font dan jarak antar baris kalimat bisa diperbesar atau perkecil sesuai selera

- Bisa ganti jenis font

- Warna kertas/background bisa diubah menjadi Putih, Krem, dan Hitam

----------

Perjalanan berlanjut melewati jalan aspal yang berukuran pas untuk 2 kendaraan seukuran kijang, beruntunglah dalam perjalan ini cenderung sepi, tapi bila berpapasan dengan truk atau sesama bus maka salah satunya harus turun dari jalanan aspal. Hal ini membuat bus bergoyang keras kekiri dan kekanan. Kali ini teman dudukku sangat diam, tapi aku tidak tahu apakah dia tidur atau masih terjaga karena lampu didalam bus dimatikan. Setelah 2 jam berjalan bus mulai memasuki daerah tanjakan dengan jalan yang berlika-liku. Goyangan bus sangat keras sekali ketika menikung karena sopir tidak mengurangi kecepatan sama sekali. Barang-barang dibawah kursi penumpang mulai berserakan tak terkecuali sandal dan sepatu penumpang yang dilepas. Aku sama sekali tidak khawatir dengan hal itu karena sepatuku tidak pernah kulepas, tapi tidak bagi teman dudukku. Dia kelihatan bingung mencari sandal kanannya yang hilang entah kemana.

Aku mencoba menenangkan, “Mbak, nanti aja dicari kalau bus berhenti dan lampunya dinyalakan, pasti ketemu.”

Bukannya tenang tapi dia malah marah, “Jangan bercanda, ayo bantuin cari.”

“Percuma gelap Mbak, nggak kelihatan apa-apa”, jawabku.

“Belum berusaha udah nyerah”, bentaknya padaku sambil membungkukkan badannya.

“Bukannya menyerah, Mbak, tapi aku kan tidak ikut punya sandal, kalau kaki Mbak juga bisa dilepas mungkin juga ikut hilang ya, hehehe..”, jawabku dengan bercanda.

Dalam remang-remang kulihat dia mendongkakkan kepala menghentikan pencariannya dan dengan cepat tangannya memegang bagian dalam pahaku lalu mencubitnya. Untung bisa kutahan jeritanku, tapi rasa cubitan itu benar-benar menyakitkan. Wulan ganti tersenyum dan tak melepaskan cubitannya berkata pelan, “Untuk tanganku ini nggak bisa dilepas, kalau bisa pasti sudah merah semua sekujur tubuhmu karena cubitannya”.

Kupegang tangannya yang mencubit sambil memohon, “Maaf Mbak, tolong lepaskan cubitannya nanti aku bantuin”.

“Kalau kamu bohong akan kucubit lagi ya”, ancamnya sambil melepaskan cubitannya.

“Iya, iya”, jawabku sambil menengok kebagian belakang bus kalau-kalau ada kursi kosong untuk pindah tempat dan menghindari cubitan berikutnya, tapi tak kutemukan.

“Cari apa Tok? Kursi belakang udah penuh tinggal sebelah sopir kalau mau pindah”, bisik Wulan di telinga kiriku.

“Ah, nggak kok Mbak”, sambil mengelus bekas cubitannya yang masih sakit padahal aku memakai celana jeans tebal. Ternyata siasatku sudah terbaca, “Sial”, ungkapku dalam hati.

“Ayo cepat carikan sandalku sebelum benar-benar hilang”, perintahnya padaku.

“Sebentar Mbak, cubitan Mbak masih sakit nih”, jawabku tak mau kalah.

“Ooo, pingin dicubit lagi ya?”, ancamnya lagi.

“Iya-iya”, lalu kurogoh saku jaketku untuk mengambil senter kecil yang biasa kubawa dan menyalakannya. Kuarahkan senterku ke sandal kirinya untuk melihat bentuknya lalu kubungkukkan badan kebawah kursiku, dengan senterku akhirnya terlihat sandal kanan Wulan ada dibawah tempat duduknya terjepit oleh kaki belakang kursinya dan dinding bus.

“Sudah ketemu Mbak”, kataku sambil menegakkan lagi punggungku.

“Mana?”, tanyanya. “Kejepit dibawah kursi Mbak, dari bawah kursiku tanganku nggak sampai, coba Mbak rogoh sendiri, mungkin tangan Mbak sampai.”

Belum selesai penjelasanku dia sudah membungkukkan badan dan berusaha mencari-cari dengan tangannya. Tapi usahanya gagal.

“Tok, coba kamu aja yang ambil tapi lewat sini”, sambil menunjuk ruangan diantara kedua belah paha kakinya yang sudah dilebarkan.

“Yang bener Mbak?”, meskipun dia memakai celana jeans tapi tetap aja rasanya nggak benar.

Dengan berbisik dia menenangkanku kalau hal itu nggak apa-apa karena lampu didalam bus gelap sehingga tidak akan ada yang melihat. Akhirnya kuturuti kemauannya, kubungkukkan badanku ke pangkuannya dan kumasukkan tanganku kebawah tempat duduknya untuk meraih sandal yang terjepit. Usaha pertama gagal karena tanganku tak sampai, lalu semakin kubungkukkan badanku lagi hingga mukaku hampir menyentuh resleting celananya. Tangan kananku sudah menyentuh sandal yang terjepit tapi masih belum dapat meraupnya. Semakin kubenamkan mukaku diantara kedua pahanya hingga daguku menggeser selakangannya dan tiba-tiba bus bergoyang agak keras sehingga aku hampir terjatuh, untungnya tangan Wulan dengan cepat menarik kepalaku dan kedua pahanya mengapit badanku sehingga kepalaku terhindar dari bagian belakang kursi didepan Wulan. Tapi akibatnya mulutku menyentuh daerah pangkal pahanya dan meskipun memakai celana jeans tapi aku yakin dia merasakan sentuhan tersebut karena tarikan tangannya pada bagian belakang kepalaku bertambah erat meskipun bus sudah tak bergoncang lagi. Dan akhirnya kudapatkan sandal yang terjepit itu. Dengan menopangkan tangan kiriku pada paha kanannya aku bersusah payah untuk berdiri dan akhirnya berhasil kembali ketempat dudukku kembali lalu keberikan sandalnya yang masih kugenggam dengan tangan kananku. Aku duduk lega sambil menghirup udara sebanyak-banyaknya dan kulihat dia memakaikan sandal itu dikaki kanannya serta mengikatkan talinya dengan teliti sambil berbisik, “Terima Kasih, ya!”

Setelah minum dari botol aqua yang ada di tasku, tangan kananku kembali mengelus pahaku bekas kena cubitan Wulan yang masih sedikit perih.

Tanpa kusadari ternyata Wulan melihatnya dan berkata lirih, “Masih sakit ya, maaf ya!”.

Tapi aku tetap diam.

“Aku elus nanti pasti sembuh”, bisiknya sambil mengelus bagian dalam paha kiriku....

Contents

Awal Perkenalan dengan Mbak Wulan—1

Asmara di dalam Bus—27

Sensasi Nikmat di Pijit Mbak Wulan—53

Kisah Asmara di Penginapan—83

Memijat Mbak Wulan di Pengeinapan—107

Akhir Kebersamaan—139

Ratings and reviews

4.7
3 reviews
Sugik Bakti
October 21, 2024
ilp
Did you find this helpful?

Rate this ebook

Tell us what you think.

Reading information

Smartphones and tablets
Install the Google Play Books app for Android and iPad/iPhone. It syncs automatically with your account and allows you to read online or offline wherever you are.
Laptops and computers
You can listen to audiobooks purchased on Google Play using your computer's web browser.
eReaders and other devices
To read on e-ink devices like Kobo eReaders, you'll need to download a file and transfer it to your device. Follow the detailed Help Center instructions to transfer the files to supported eReaders.