Mbak Evie Menagih Lagi: Kumpulan Cerita Romantis Dewasa Vol 71

Lovely Story Publisher
4.4
8 reviews
Ebook
125
Pages
Eligible
Ratings and reviews aren’t verified  Learn More

About this ebook

Dapatkan free ebook sinopsis dan pratinjau judul kami lainnya di:

-> -> bit.ly/andini-citras <- <-

*

Keunggulan Ebook ini:

- Halaman Asli, tersedia header dengan judul bab

- Baca dengan keras, Menjadi audio book dengan dibacakan mesin berbahasa Indonesia

- Teks Mengalir, menyesuaikan ukuran layar

- Ukuran font dan jarak antar baris kalimat bisa diperbesar atau perkecil sesuai selera

- Bisa ganti jenis font

- Warna kertas/background bisa diubah menjadi Putih, Krem, dan Hitam

----------

nb: kisah ini merupakan kelanjutan dari seri 66 berjudul: "Memijat Tubuh Mulus Mbak Evie"

Beberapa nama sengaja aku ganti demi menjaga kehormatan serta nama baik orang-orang yang kusebut dalam kisah nyata ini sedangkan nama-nama tempat serta adik sang sutradara adalah benar nama panggilan sehari-harinya.

Para pembaca yang budiman, ini adalah lanjutan kisah pengalamanku yang lalu dari villa Cibodas bersama Mbak Evie.

Yogyakarta, 2018 - Festival Film Asia

Kegiatan shooting film sementara ‘break’ istilahnya atau istirahat karena hampir seluruh insan perfilman Indonesia dan negara-negara anggota FFA tumpah ruah di Yogya, berarti aku menganggur, tidak ada ‘site-income’ dari shooting film. Aku terpaksa mencari pekerjaan yang sifatnya Part Time yang berhubungan dengan FFA itu dan kiranya Sang Nasib masih memberiku kesempatan dimana aku mendapat pekerjaan dari satu organisasi pengatur konferensi dan aku ditempatkan di Yogya dimana FFA tersebut dibuka dan bersambung juga di Bali untuk acara penutupannya, aku juga terus mengikutinya.

Selama di Yogya aku bertemu dengan Mas Echa dan Mbak Ranti, mereka tinggal di hotel Ambarukmo dan hatiku berbunga-bunga sewaktu mendengar dari Mbak Ranti bahwa Mbak Evie juga akan datang ke Yogya menyusul mereka 1 hari sebelum upacara pembukaan.

“Dhit, selama Evie ada di Yogya, aku mau kamu yang menemani dia dan bantu dia untuk segala sesuatunya ya, ngerti!, kamu harus atur bagaimana caranya terserah kamu, luangkan waktumu untuknya.” demikian perintah tegas Mas Echa kepadaku di depan isterinya, Mbak Ranti.

“Baik Mas, saya akan usahakan supaya saya dapat menemani Mbak Evie.” jawabku pasrah dan senang, kalau boss sudah berbicara demikian, yah harus dituruti daripada kehilangan kesempatan kerja lagi dengan Mas Echa serta lebih-lebih lagi kehilangan kesempatan menikmati tubuh montok Mbak Evie yang kebetulan jauh dari Mas Irawan. Kepalaku sempat pusing sejenak, berpikir bagaimana caranya membagi waktu antara pekerjaan untuk dapat uang tambahan dan tempat tidur plus kenikmatan tubuh wanita setengah baya berumur 38 tahun yang bernama Mbak Evie yang cantik dan mempunyai buah dada yang besar, montok dan nikmat itu dan 38A ukuran BH-nya. Sejenak aku terbayang, aku menghisap susunya seperti bayi menikmati ASI.

Siang hari kira-kira jam 11:00, pada hari akan dibuka secara resmi FFA di Yogya, aku sedang berada di lobby hotel Ambarukmo mengurus keperluan beberapa peserta FFA dari Filipina di depan front office desk dengan petugas front office, terdengar di belakangku suara seorang wanita menegurku dengan merdu, “Hai tukang urut yang keren, mana kamar yang khusus pesananku? “Perlahan-lahan aku berbalik, dan di hadapanku berdiri makhluk wanita impianku yang bernama Mbak Evie dengan anggunnya, wajahnya yang manis serta tubuh montok dibalut celana jeans biru tua agak ketat, sepatu model Moccasin merah Maroon serta kombinasi kemeja casual dengan kancing depan terbuka rendah sampai ke dadanya dari bahan blacu putih dan tidak dapat menghindari bentuk buah dadanya yang besar dan montok itu. Di belakangnya tampak Mas Echa dan Mbak Ranti memandang kami berdua dengan tersenyum.

“Mbaak..” kataku bersemangat sambil mengulurkan tanganku untuk bersalaman dan yang terjadi adalah Mbak Evie mengulurkan kedua tangannya ke arahku sambil memeluk leherku serta mencium kening dan kedua belah pipiku. Aku kaget mengalami hal tersebut dan jadi salah tingkah, soalnya ini dia lakukan di depan umum juga Mas Echa dan Mbak Ranti. Aku jadi kikuk dan mungkin ada perubahan di wajahku yang tidak kusadari, tapi Mbak Evie sepertinya tidak peduli dengan tenangnya dia menggandeng tanganku dan menarikku ke arah Mas Teguh dan Mbak Ratih.

“Excuse me gentlemen, I will be back in couple of minutes,” kataku dengan hormat kepada delegasi Filipina, mereka mengangguk sambil tersenyum.

Sesampai kami di depan Mas Echa dan Mbak Ranti, wanita cantik ini berkata, “Mas, sudah ketangkap body guard khusus yang Mas janjikan padaku, thank’s yaa.” celoteh seenaknya Mbak Evie kepada Mas Echa.

“Nah tukang urut keren, tugasmu sudah menanti seperti yang aku bilang kemarin, Oke!” Mas Echa berkata dan sambil memeluk pinggang isterinya mereka meninggalkan kami berdua.

Aku kembali ke front office desk sambil membawa sebuah koper besar milik Mbak Evie, aku mohon maaf serta membereskan masalah peserta FFA dari Filipina yang sempat tertunda gara-gara kedatangan Mbak Evie tadi.

Setelah mendaftarkan serta membereskan hal-hal yang berhubungan dengan administrasi kamar untuk Mbak Evie, kami berdua menuju kamarnya. Sesampai kami di dalam kamar dan room boy telah keluar setelah meletakkan koper, baik Mbak Evie maupun aku sendiri tidak tahan untuk berpelukan melepaskan rasa rindu, maklum sejak kegiatan FFA ini kami berdua tidak bertemu hampir 2 minggu.

“Dhitya sayang.. aku kangen kamu deh,” kata Mbak Evie memeluk leherku sambil tidak henti-hentinya menciumi bibir, hidung serta keningku bergantian.

“Aduh Mbaak.. aku juga kangen Mbak..” jawabku tidak mau kalah sambil memeluk pinggangnya yang ramping tapi aku tidak diberi kesempatan olehnya membalas apa yang sedang dilakukannya.

“Maafkan aku Mbak, nggak sempat ngasih kabar sama Mbak soalnya waktuku di sini tersita dengan pekerjaan yang banyak dan hampir tidak mengenal waktu untuk istirahat ditambah lagi aku lebih banyak kerja di luar, maksudku jemput para peserta dari airport Adisucipto, mengantar mereka ke hotel balik lagi terus begitu tiap hari selama 4 hari terakhir ini. Sekarang agak relaks soalnya hampir semua anggota delegasi sudah tiba semua.” kataku menerangkan setelah mendapat kesempatan duduk di tempat tidur dan dia duduk di atas pahaku dengan tenangnya, kedua kakinya melingkari pinggangku dan kedua tangannya melingkari leherku dan matanya yang hitam indah itu tanpa berkedip mengikuti dan memandangiku selama aku berbicara dan kedua tanganku menopang ke atas tempat tidur menahan beban indah di depanku.

“Oke sayang, cerita kamu sudah selesai?, sekarang aku mau bertanya, selama di sini kamu tinggal dan tidur di mana?” tanyanya lembut sambil mengusap-usap keningku penuh kasih sayang.

“Oh, di belakang hotel ini, ada satu penginapan sebangsa motel, lumayan murah dan sudah dibayar selama aku tidur di sana oleh perusahaan yang mengontrakku, kenapa Mbak?” jawabku enteng sekenanya sambil mencoba memeluk pinggangnya.

Dia mendorong badanku sehingga aku jatuh tertidur di atas kasur dan tubuh indah itu menindih tubuhku. Dikecup lembut bibirku, dadanya yang montok menekan dadaku dengan lembut.

“Dhitya sayang, mulai malam ini kamu tidur di sini menemani Mbak dan jangan membantah!” katanya memotong cepat pada saat aku baru membuka mulutku untuk menjawab....

Contents

Bertemu Mbak Evie di Hotel Ambarukmo—1

Mbak Evie Menagih Lagi—29

Bercinta dengan Evie di Pantai Sanur—55

Apotik 24 Jam—85

Ratings and reviews

4.4
8 reviews

Rate this ebook

Tell us what you think.

Reading information

Smartphones and tablets
Install the Google Play Books app for Android and iPad/iPhone. It syncs automatically with your account and allows you to read online or offline wherever you are.
Laptops and computers
You can listen to audiobooks purchased on Google Play using your computer's web browser.
eReaders and other devices
To read on e-ink devices like Kobo eReaders, you'll need to download a file and transfer it to your device. Follow the detailed Help Center instructions to transfer the files to supported eReaders.