-> -> bit.ly/andini-citras <- <-
*
Keunggulan Ebook ini:
- Halaman Asli, tersedia header dengan judul bab
- Baca dengan keras, Menjadi audio book dengan dibacakan mesin berbahasa Indonesia
- Teks Mengalir, menyesuaikan ukuran layar
- Ukuran font dan jarak antar baris kalimat bisa diperbesar atau perkecil sesuai selera
- Bisa ganti jenis font
- Warna kertas/background bisa diubah menjadi Putih, Krem, dan Hitam
----------
Sinopsis
Kepolosan seorang pemuda berusia 18 tahun, menjadi sasaran empuk Dian, yang baru saja menjadi tetangga barunya. Petualangan Nugi dalam menjelajahi tubuh indah wanita cantik berusia 28 tahun ini, diawali dari ia memergoki tetangga barunya itu bergandengan mesra dengan pemuda lain selain Oom Untung, suaminya. Khawatir perselingkuhannya ini diceritakan kepada suaminya maka segala cara dilakukan oleh wanita yang mempunyai nafsu yang tinggi itu, termasuk rela menggoda Nugi untuk tidur dengannya. Akankah Nugi menuruti nafsu tinggi Tante Dian, atau akankah ia tetap membongkar skandal Tante Dian kesuaminya?
***
Contents
Tante Cantik Tetangga Baruku—1
Memergoki Tante Dian Selingkuh—7
Pancingan Tante Dian—19
Janji Tidak Bercerita kesiapapun?—29
Aku, Tante Dian, Tante Heni dan Temannya—49
Bandung Lautan Asmara—73
***
Pratinjau
Tante Dian yang Cantik Tetangga Baruku
Awal kisah ini dimulai saat aku baru saja terima rapor cawu I, kelas 2 SMA. Rumah yang tepat berhadapan dengan tempat tinggalku baru saja ditempati penghuni baru, pindahan dari Gorontalo. Suami istri dengan dua anak, seorang lelaki dan seorang perempuan. Suaminya bekerja di salah satu instansi pemerintah Sebagai seoarang pejabat Oom Untung sangat sibuk dan sering dinas ke Jakarta.
Sang suami ternyata kenalan baik kakaku yang nomor dua, jadi keluargaku dan keluarga baru tersebut cepat menjadi akrab. Aku biasa memanggil mereka dengan Oom Untung dan tante Dian.
Tante Dian seoarang wanita berdarah Menado, cantik, putih dan sangat menarik hati. Penampilannya selalu nampak OK dan sangat serasi. Kedua anak tante Dian, sangat akrab denganku, yang sulung perempuan usianya baru 3,5 tahun, sedangkan adiknya 2 tahun. Sering aku mengajak mereka bermain, maklum aku anak laki-laki bungsu dari enam bersaudara. Aku disukai anak-anak kecil, dan cepat sekali akrab dengan mereka.
Hingga akhir cawu II, kehidupan rumah tangga mereka harmonis saja. Tante Dian memang sering pergi sesa-at setelah Oom Untung berangkat ke kantor, biasanya pukul 13.00 sampai sekitar 14.00 WIB tante Dian sudah kembali. Hal itu sering tante Dian lakukan setelah mereka bertempat tinggal kira-kira enam bulan di rumah tersebut.
Jika Oom Untung ke luar kota, tante Dian pulang agak lebih sore, kadang malah sehabis maghrib baru tante Dian pulang mengendarai mobil sedan HONDA PRESTIGE warna merahnya.
Beberapa kali aku yang membukakan pintu garasinya, karena saat itu aku sedang di rumahnya bermain dengan kedua anaknya. Biasanya jika tante Dian pergi anak-anak biasa dijaga oleh pembantunya dan adik perempuan Oom Untung. Adik perempuan Oom Untung sebaya denganku, tapi walaupun aku sering bermain dengan-nya aku nggak tertarik padanya. Aku hanya merasa kasihan kepadanya, karena seringkali dia mengeluh karena perlakuan tante Dian kepadanya tidak baik. Pernah aku melihat dia dimarahi tante Dian dan disiram air bekas cucian pakaian yang banyak sabunnya. Namun aneh kepadaku tante Dian sangat baik, namun hal itu aku anggap hal yang biasa saja.
Cawu I kelas tiga berakhir, saat libur dua minggu aku gunakan waktuku untuk jalan-jalan sama temen-teman ke suatu tempat rekreasi di dekat kotaku. Jaraknya lebih kurang 45 km dari kotaku, tempat itu terletak di lereng gunung dan berhawa sejuk, berbeda dengan kotaku yang panas. Aku masih ingat saat itu hari Senin, kira-kira jam 10.00 WIB, saat aku berlibur di tempat rekreasi itu kulihat mobil tante Dian diparkir di halaman sebuah restaurant; aku tak berpikiran apa-apa waktu itu, bahkan ketika kuberpapasan dengan tante Dian yang digandeng mesra oleh seorang lelaki dan di belakang mereka bergandengan pula sepasang teman tante Dian aku tetap belum paham dan mengerti apa sebenarnya yang terjadi dan tante Dian lakukan bersa-ma teman-temannya. Mungkin karena memang saat itu secara kejiwaan aku masih polos dan lugu serta belum mengenal arti cinta atau hubungan laki-laki dan perempuan aku menganggap hal tersebut biasa saja, bahkan aku menyapa tante Dian dengan sopan.
Mendengar dan melihat aku spontan tante Dian nampak terperanjat dan kaget dan segera melepaskan pelukan lelaki temennya tadi. Kemudian dia menghampiriku dan basa-basi menanyakan acaraku di tempat itu. Sebelum kami berpisah tante Dian menggamitku seraya memasukkan sesuatu ke dalam kantong bajuku, kemudian dia berpesan agar aku merahasiakan pertemuan tadi dengan siapapun.
Aku mengangguk dan berjanji tak akan bercerita pada siapapun tentang pertemuanku dengannya di tempat rekreasi tersebut. Sesaat setelah kami berpisah kurogoh saku bajuku, ternyata tante Dian memberiku uang sejumlah Rp. 500.000,-, aku heran bercampur senang. Aku gunakan uang itu untuk mentraktir temen-temen.
Seusai liburan, seperti biasanya kujalani masa-masa studiku seperti biasa. Di kelas aku boleh dikata sebagai murid dengan prestasi belajar yang baik, kelasku termasuk kelas unggulan yang murid-muridnya dipilih dari 10 terbaik di masing-masing kelas 2. Dari kelas satu hingga kelas tiga, aku biasa menduduki rangking tiga besar. Aku setiap hari berangkat dan pulang sekolah dengan jalan kaki bersama teman-temanku. Pada hari Sabtu kelasku pulang agak cepat dari biasanya, karena dua orang guru yang seharusnya mengajar di kelasku tidak masuk, dan waktu kosong diisi dengan mencatat pelajaran dari guru mata pelajaran lain yang berikutnya.
Seperti biasa aku pulang jalan kaki, kira-kira 1 kilo meter dari sekolahanku tiba-tiba sebuah mobil merah berhenti di sampingku dan segera kukenali siapa pengemudinya, dialah tante Dian. Aku sempat terkesima melihat penampilannya, dia nampak cantik sekali apalagi dengan kacamata hitamnya wah sungguh bukan main. Dia buka jendela pintu mobilnya dan memintaku segera naik ke mobilnya, mengajak-ku pulang bersama. Kuterima ajakannya dan aku segera masuk dan duduk di dalam mobilnya yang ber AC dan empuk jok kursinya. Dia tidak mengajakku langsung pulang, tetapi jalan muter-muter dengan mobil-nya. Kulirik dia, sungguh sangat cantik, dan secara tak sengaja kulihat paha putih dan mulus miliknya yang terbuka diantara belahan rok spannya, benar-benar membuatku terkesima. Setelah beberapa menit kami berjalan tante Dian berdehem, membuatku terperanjat dan segera memalingkan mukaku ke luar jendela.
Diajaknya aku ngobrol tentang pertemuanku di tempat rekreasi dahulu, dan menanyakan padaku apakah aku bercerita pada orang lain. Aku jawab bahwa aku tak bercerita pada siapapun dan aku katakan sekali lagi bahwa aku tak akan bercerita kepada siapapun tentang hal itu. Mendengar hal itu tante Dian nampak lega dan menghela nafas panjang.
Sesampainya di rumah, seperti biasanya aku membantu membukakan pintu pagar dan garasi rumahnya. Diparkirnya mobilnya dan saat aku menutup pintu pagar rumah serta berpamitan pulang dipanggilnya aku. Aku mendekatinya dan mengikutinya masuk ke ruang keluarga. Dia segera duduk di sofa di depan TV ruang keluarga, dan memintaku duduk didekatnya.