-> -> bit.ly/andini-citras <- <-
*
Keunggulan Ebook ini:
- Halaman Asli, tersedia header dengan judul bab
- Baca dengan keras, Menjadi audio book dengan dibacakan mesin berbahasa Indonesia
- Teks Mengalir, menyesuaikan ukuran layar
- Ukuran font dan jarak antar baris kalimat bisa diperbesar atau perkecil sesuai selera
- Bisa ganti jenis font
- Warna kertas/background bisa diubah menjadi Putih, Krem, dan Hitam
----------
Kenalkan, Namaku Rini, seorang wanita yang baru saja menikah. Usia ku saat ini 28 tahun. Paman jauhku dari Madiun baru saja menghubungi suamiku Mas Adit, untuk meminta tolong menitipkan putrinya yang bernama Vira. Menurutnya Vira baru dapat panggilan dari perusahaan asing tempat Vira melamar kerja, dan Vira memerlukan waktu paling lama seminggu untuk keperluan wawancara dan mengurus berbagai prosedur administrasi guna melengkapi curriculum vitae yang telah lebih dulu dikirimkannya. Mas Adit memberitahuku dan sekalian meminta pendapatku. Untuk hal-hal seperti ini, kami memang selalu merundingkannya bersama sebelum mengambil keputusan. Dan tentu saja aku sama sekali tidak berkeberatan karena memang sudah menjadi kewajiban kami untuk saling menolong antara sesama sanak keluarga. Kisahku yang berikut menceritakan pengalamanku bersama Vira dalam waktu seminggu tersebut.
Hari Pertama
Pada suatu pagi, sekitar pukul 5.30, terdengar ketokan di pintu. Seorang gadis berpenampilan sederhana datang dari Madiun, Vira yang berpostur langsing, bercelana jeans dengan blus kembang-kembang, sedang berdiri cantik di depan pintu sambil menebar senyum manisnya. Dia datang dengan taksi dari stasiun Gambir. Kereta malamnya masuk Jakarta sekitar pukul 4.30 pagi ini. Kuperkirakan perjalanannya cukup melelahkan. Setelah minum teh panas dan sarapan, dia saya sarankan agar beristirahat dulu. Kami sudah menyediakan kamar tamu kami sebagai kamar Vira selama dia di Jakarta. Hari pertama sejak kedatangannya, Vira belum pergi ke-mana-mana. Dia hanya menelepon kesana kemari berkaitan dengan urusan yang akan dihadapinya selama di Jakarta. Vira yang berpenampilan sebagai gadis cerdas dan lincah ini adalah lulusan Fakultas Ekonomi UNBRA Malang. Umurnya baru 23 tahun. Sosoknya atletis, tingginya 178 cm dan bobotnya 56 kg. Di kotanya, Vira dikenal sebagai mayoret marching band yang sering mewakili kotanya melakukan kompetisi antar propinsi. Dia juga terpilih sebagai anggota PASKIBRAKA (pasukan pengibar bendera pusaka) Jawa Tengah saat masih SMA karena kecerdasannya disamping juga didukung posturnya yang atletis itu. Wajah dan kulitnya yang hitam manis mengingatkanku pada model-model hispanic, campuran bule dan lokal Amerika Selatan. Aku sendiri tidak tahu, wajah itu sebenarnya lebih mirip bapak atau ibunya yang sama-sama asli Jawa itu. Mungkin karakter seperti itu berasal dari pola makan anak-anak jaman sekarang yang suka dengan “junk food’ dari Barat. Rambutnya panjang dan masih suka dikepang. Kesana-kemari dia lebih banyak memakai celana jeans karena menurutnya lebih praktis. Dan dia memang sangat sesuai jika memakai jeans. Pantatnya yang seksi dengan pahanya yang besar dan kuat membuat Vira tampak sangat sensual hingga siapapun yang memandangnya pasti akan mengagumi sosok penampilannya. Atletis dan kecerdasannya merupakan kesan awal bagi siapapun yang menjumpainya. Dengan dadanya yang bidang dan tegap, dia memang pantas untuk menjadi seorang mayoret dan anggota PASKIBRAKA hingga tak berlebihan kiranya jika kukatakan bahwa Vira ini adalah anak gadis yang baru datang dari daerah tetapi memiliki gaya dan kepribadian trendy yang mempesona. Pembawaannya pun tidak canggung. Dia selalu berusaha membantuku mengurus rumah, walaupun aku telah melarangnya. Dia sangat pandai membawa diri hingga aku merasa senang dan terbantu dengan kedatangannya.
Hari Kedua
Vira telah bangun pada dini hari dan menyempatkan diri untuk lari pagi mengelilingi kompleks rumahku yang cukup luas. Kemudian dia menyiapkan sarapan untuk kami semua. Aku dan Mas Adit sangat senang dan menghargai usahanya itu. Kurasa dia dapat menjadi teman yang sangat menyenangkan di rumah. Hari ini dia akan pergi ke perusahaan dimana ia melamar kerja. Walaupun sebelumnya dia sudah mempersiapkan diri untuk dapat mengenali route-route kendaraan umum yang akan dilaluinya, tetapi pada hari pertamanya, Mas Adit akan mengantarkannya hingga ke alamat yang dituju. Pada sore harinya dia pulang sendiri kira-kira pada pukul 3 hingga masih belum terperangkap dalam kemacetan lalu lintas di Jakarta. Kusambut dia dengan mengatakan bahwa walaupun baru sehari dia tinggal bersama keluarga kami, tetapi saat dia ke pergi tadi terasa rumah menjadi sepi. Vira tersenyum dan berterima kasih karena keluarga kami bersedia menerimanya dengan tangan terbuka. Dia menceritakan pengalaman barunya tadi siang di kantornya. Kemudian sekitar pukul 4 sore, sesuai dengan kebiasaanku, setelah aku membereskan seluruh pekerjaan rumah tangga aku mandi. Tiba-tiba selintas aku melihat kelebat bayangan di celah pintu kamar mandi yang retak kecil sepanjang sambungan papannya. Rasanya ada yang mengintipku. Tapi siapa? Bukankah di rumah hanya ada Vira. Diakah? Ah, mungkin hanya kebetulan. Aku kembali meneruskan kegiatan mandiku. Kubersihkan seluruh tubuhku. Kugosok bagian-bagian tubuhku. Aku gosok dan remas buah dadaku untuk menghilangkan kotoran dan keringatku. Aku juga membersihkan ketiakku. Tiba-tiba aku melihat bayangan yang berkelebat kembali. Kupikir, ini pasti Vira. Tetapi hendak apa dia? Apakah dia sedemikian ngebetnya ingin buang air hingga menantiku dengan tidak sabarnya? Aku segera menyelesaikan mandiku, agar Vira dapat segera menggunakan kamar mandi yang sedang kugunakan......
Contents
Tubuh indahku diintip Vira—3
Giliranku untuk Mengintip Balik—25
Dorongan Birahi Vira—45
Vira Bermain dengan Alat—63
Saling jujur mengakui—95