"Permisi, Bu Davira. Saya mau mengantarkan dokumen kerja sama perusahaan yang perlu Ibu tinjau lebih lanjut. Sekaligus memberitahu Ibu kalau setelah ini masih ada meeting di ..."
Davira tak begitu fokus mendengarkan ucapan Bian yang terakhir. Wanita itu bangkit dari kursinya semula lantas mendekati Bian. Ia sentuh bahu lelaki yang lebih tua dua tahun darinya itu. "Davira aja, Mas Bian. Lagian, aku lebih muda dua tahun dari kamu loh," ujar Davira seraya mengukir senyum manis untuk lelaki itu.
Davira pikir Bian akan terpesona, nyatanya tidak. Lelaki itu malah melepaskan tangannya yang ada di bahu kemudian bergeser tiga langkah ke belakang.
"Maaf, saya pikir itu nggak sopan, Bu."
Mencebikkan bibirnya kesal, Davira bertanya dalam hati apakah Bian tak tertarik sedikit pun padanya? Kurang cantikkah dirinya? Atau kurang seksi? Atau jangan-jangan... lelaki itu tidak suka perempuan? Oh my god!
"Mas Bian nggak suka dekat-dekat sama aku ya? Apa jangan-jangan, Mas Bian itu..." Davira sengaja menggantungkan kalimatnya yang membuat alis Bian terangkat tanda kebingungan.
"Saya kenapa, Bu?"
"Mas Bian... jeruk makan jeruk. I mean, you are gay. Right?"