BABY SITTER

***

"Mba, aku mau makan telul setengah matang." Suara Afiqa membuyarkan lamunanku seketika. Gadis berusia empat tahun itu memang belum begitu fasih mengucapkan huruf 'r'.

"Baik, Mba bikinkan, ya," ucapku sambil mengusap pucuk kepalanya dan menuju ke dapur.

Aku melangkah menuju dapur tanpa melihat jika dari arah pintu dapur, Pak Daniel yang usianya berbeda lima tahun dariku itu ke luar dari sana, hingga tak sengaja kami bertabrakan.

Aku yang hampir saja jatuh jika bukan dengan cepat ia menarik tanganku, hingga wajah kami berdua bertemu berjarak sejengkal tangan dewasa.

"Kamu nggak papa?" tanyanya sambil melepaskan pinggangku dari pelukannya.

Aku hanya mengangguk dengan jantung berdebar tak beraturan. Ya, Tuhan aku harus bagaimana? Perasaan ini kenapa semakin menyiksa diriku.

Aku mematikan kompor dan segera menyajikan nasi dan telur setengah matang kesukaan Afiqa, gadis imut yang aku jaga sejak enam bulan lalu itu.