Hingga pada suatu malam, ia harus rela dijadikan bahan lelangan ketika usianya sudah genap tujuh belas tahun oleh si pemilik tempat bordil.ย
Duduk di tengah-tengah para pengusaha dan dijadikan bahan tawaran membuatnya tak hentinya mengeluarkan air mata pasrah oleh si pemilik takdir. Hingga seseorang mengangkat papan dan menawarnya dengan harga selangit.
Dan di sanalah hidupnya dimulai. Rasa cinta dan sakit menjadi satu kepaduan yang kental mengiringi langkahnya. Derai tawa dan air mata ikut menyempurnakan perjalanan hidupnya.
He is the Love, but he is the Pain...