Involusi, sebuah kosa kata yang dulu pernah digunakan Clifford Geertz untuk menggambarkan dunia pertanian Indonesia yang makin lama makin mengalami penyempitan daya dukung, mungkin merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan dinamika politik Indonesia pada tahun-tahun awal reformasi. Involusi berarti terjadinya berbagai perumitan aksi dan manuver politik, namun tidak berujung pada perubahan sistem politik yang substansial, alias status quo. Di tingkat permukaan, politik hadir dalam sekuel gambar yang kompleks, yang tak mudah diurai. Namun sesungguhnya, di pusat semua itu tidak ada perubahan berarti yang terjadi atau dihasilkan oleh dinamika tersebut. Politik tetap menjadi panggung bagi para aktor politik. Pemerintahan hampir dijalankan tanpa komitmen teguh bagi perbaikan masyarakat. Tokoh dan partai politik menikmati kebebasan, namun tanpa kesanggupan untuk mencapai konsensus menyangkut hal-hal dasar kehidupan bernegara. Hal-hal ini kita saksikan dalam kinerja lembaga negara, khususnya eksekutif dan legislatif.