Diantara Dua Surga

“Andai waktu dapat kuputar kembali, aku ingin bersimpuh di kaki Ibu hingga ia memaafkan dan mencabut sumpahnya untukku. Tapi nasi sudah menjadi bubur, kini hanya penyesalan yang tersisa untukku.” –Izza

Masalah demi masalah silih berganti berdatangan ke dalam hidup Izza, dan tak menemukan solusinya. Semakin hari, ia merasa semakin jauh dengan keluarganya, bahkan dengan Tuhannya.

Ia bertanya-tanya, mengapa? Apa yang terjadi dalam hidupnya? Ia merasa seperti mendapatkan kutukan, tapi ia tak sadar, bahwa kutukan itu berasal dari lidah Ibunya.

Bagaimana Izza bisa mengakhiri kutukan dalam hidupnya? Akankah ia berhasil menghilangkan kutukan Ibu, sementara Ibu telah tiada?