Duh, jadi gak fokus dengerin lagunya Bang Haji Rhoma yang ter... Lam...bat...
Oke aku ulangi.
Alhamdulillah. Setelah malam-malam dihabiskan dengan begadang, mengedit satu per satu naskah dan menyusunnya sesuai tema, akhirnya jadilah buku ini. Buku karyaku yang ke-8.
Dan sengaja untuk buku yang satu ini, aku memfokuskan pada satu tema; Cinta.
*ceileeeh.
Betapa luar biasa satu kata ini. Apa pun yang disentuh oleh cinta, pasti akan indah.
Seperti ketika ada seorang mahasiswa tingkat akhir yang buru-buru masuk kelas karena telat. Di saat ia berlari tiba-tiba ada seorang mahasiswi membawa setumpuk buku tangihan cicilan panci, eh buku kuliah, melintas. Karena tak fokus, akhirnya si mahasiswa menabrak mahasiswi.
Gedubrak!
Buku-buku mahasiswi jatuh. Berserakan di lantai. Ia lalu jongkok, berniat memungut buku-buku itu.
Merasa bersalah, si cowok ikut jongkok manja, membantu mahasiswi mengambil buku.
Pada satu titik, mahasiswa dan mahasiswi ini saling pandang. Lalu entah mengapa, ada desir-desir halus pada dada masing-masing. Saat itulah tiba-tiba terdengar lagu dari kejauhan. Lagu romantis yang berjudul, "Gundul-Gundul Pacul."
Dan entah dari mana datangnya, puluhan mahasiswa, lengkap dengan ibu kantin, berkumpul melingkari dua pelajar itu, lantas menari dan bernyanyi lagu India,
"Bolle curi, yaaa? Bolle gak nggenah. Apa pun jadiii. Jadi gak nggenah. Leca leca, sonia leca leca. Oh, leca leca, Ho hoho..."
Setelah nyanyi, para jelangkung itu --karena mereka datang tak dijemput, pulang diam-diam--- membubarkan diri. Meninggalkan kembali mahasiswa dan mahasiswi yang dari tadi gak kelar-kelar mungutin buku.
"Nama kamu siapa?" mahasiswa membuka percakapan.
"Sonia," jawab mahasiswi malu-malu. "Kalau namamu?"
"Bolle. Nama lengkapnya Bolle Curiya," mahasiswa tersenyum. "Bapak kamu jualan kerupuk, ya?"
Mahasiswi makin tersipu malu, "Kok tahu?"
"Alhamdulillah... Aku boleh pesan satu kotak? Buat lomba makan kerupuk di kampung. Kebetulan aku panitia tujuh belas Agustus-an."
Si cewek jadi melting, dalam hatinya bilang, "Hebat banget ini cowok. Baru jadi mahasiswa tingkat akhir, tapi udah bisa jadi panitia lomba makan kerupuk."
"Ya udah, silakan ke rumah. Ambil kerupuknya."
"Nanti aku ambil kerupuknya bareng orang tuaku, boleh?"
"Oh, kenapa pakai bawa orang tua?"
"Sekalian aku mau ngelamar kamu."
"Aih, cowok banget sih, kamu."
Seketika bunga-bunga beserta potnya berjatuhan di kepala mereka. Romantis banget. Dan tak disangka para mahasiswa lain dan ibu kantin tadi kembali kumpul, hendak menari dan menyanyi lagi. Tapi langsung diusir sama dosen, karena ganggu ujian di kelas.
Di akhir kisah, setelah mereka wisuda, mahasiswi dan mahasiswa itu menikah.
Ah, indahnya cinta.
Bahkan Allah menciptakan semua yang ada di alam semesta karena Ia cinta pada semua makhluk-Nya. Udara yang bisa kita hidup adalah tanda cinta-Nya. Air yang bisa kita minum adalah tanda cinta-Nya. Dan tanda cinta Allah yang paling indah bagi kita, adalah ketika Ia menghadirkan seorang manusia yang hatinya penuh dengan cinta. Laki-laki terpuji, yang sampai jasadnya tertimbun tanah 14 abad yang lalu, jalan cintanya masih saja menginspirasi semua orang.
Ya, dialah Nabi Muhammad terkasih.
Untuk itulah, di bab pertama buku ini, aku sengaja kisahkan betapa luar biasa kasih Nabi terhadap Khadijah, cinta pertama beliau. Saking cintanya beliau pada putri Khuwailid, sampai Aisyah memberi pengakuan,
“Meski sudah lima tahun menikah dengan beliau, bahkan menyatakan diri sebagai istri yang paling dicintai dan dihormati, nyatanya aku tak pernah bisa menggantikan posisi Khadijah di hatinya. Ada kalanya aku merasa beliau tidur dengan gelisah di sampingku. Kemudian aku mendengar beliau mengigau, berbisik memanggil nama Khadijah, seiring air matanya menetes dalam tidur ketika rasa sakit memikirkan persoalan umat dalam agama ini mulai menggerogoti alam bawah sadarnya. Tak peduli berapa lama aku menikah dengannya, tak peduli berapa putra yang mungkin kupersembahkan untuknya. Lelaki itu, Muhammad yang terkasih, takkan pernah benar-benar menjadi milikku sepenuhnya.”
Mengapa cinta Nabi begitu dalam terhadap Khadijah?
Jawabannya sederhana, "Karena cinta mereka tersambung hingga ke langit. Cinta mereka melekat lewat doa-doa dan tempaan hidup yang ikhlas dihadapi bersama."
Dan bab selanjutnya, kita akan membaca tentang kisah seorang nenek, yang tetap bertahan menemani suaminya yang sudah tak berdaya. Sampai akhir usia. Membaca kisah ini, semoga cinta kita terhadap pasangan menjadi lebih utuh dan lebih kuat.
Di bab setelah itu, sorry aku capek nulisnya. Baca sendiri aja.
Buku ini aku beri judul, "Cinta yang Tersambung hingga ke Langit". Berisi kertas 260 halaman. Dan aku sangat tidak menganjurkan pembaca mengunyah kertas itu sebelum lulus dari akademi Kuda Lumping Indonesia. Cocok dibaca oleh para jomblofillah, pengantin yang baru menikah enam bulan, dan pengantin yang baru saja menemani anak wisuda S-2.
rumah tangga bahagia
rumah tangga dalam islam
saat rumah tangga diambang kehancuran, coba baca buku ini
fiqih rumah tangga
rumah tangga harmonis
rumah tangga jahat, oh jauhkanlah
bukan novel rumah tangga
Cinta yang Tersambung hingga ke Langit’ merupakan buku ke-8 karya Fitrah Ilhami. Bagi laki-laki asal Surabaya ini, menulis merupakan sarana menasehati diri sendiri. Menulis juga ia rasakan sebagai lahan memberikan ketenangan batin, tempat mengungkapkan segala resah di dada. Itulah sebabnya ia selalu menyempatkan diri untuk menulis di sela-sela kesibukan mengajar di SMP Islam Terpadu di Surabaya.
Selain itu, penulis juga menjadi salah satu personil grup nasyid Fatwa Voice. Grup ini sering diundang untuk mengisi acara pernikahan, dan kalau di rumah sering disuruh mengisi elpiji sama air galon oleh istrinya masing-masing.
Salam karya!