Citarasa pedas ternyata telah terukir dalam citarasa nenek moyang bangsa Indonesia. Hal ini dibuktikan dalam berbagai naskah kuno tentang telah dikenalnya pemedas yang berasal dari cabe (Jawa), yang kini telah bergeser menjadi bahan ramuan obat herbal (jamu). Selanjutnya jahe, lada, merica dan andaliman juga dikenal sebagai pemberi citarasa pedas. Primadona pemedas yang nikmat di mulut dan enak di perut dikenal sejak abad ke 16 setelah cabai (lado, lombok) disebarkan di Indonesia yang penggunaannya diawali oleh masyarakat Minang dan Sulawesi Utara, kemudian menyebar ke pulau jawa bahkan ke seluruh Indonesia. Kapsaisin sebagai senyawa penyebab cita rasa pedas pun diuraikan manfaat dan mudharatnya. Rasa pedas di Indonesia sebagian besar diwujudkan sebagai pelengkap hidangan yang bernama sambal. Ternyata jumlahnya ratusan dari berbagai kombinasi bahan dan berbagai jenis cabai. Penggunaan sambal sangat terkait erat dengan kuliner gorengan dan penyetan, karenanya aspek teoritis dari tepung penyalut dan proses penggorengan pun dibahas. Tidak ketinggalan pasangan sambal yang ibaratnya selalu berduet adalah lalap. Inipun juga diuraikan dengan lengkap. Bahkan pengelolaan dan strategi pengembangan warung makan kuliner pedas dan gorengan serta penyetan dimuat pula dalam buku ini. Industri tepung penyalut dan permasalahannya, serta pemasaran produk kuliner yang sangat populer itu dikupas dengan tuntas melalui buku kecil ini. Siapapun yang mau sukses harus membaca buku yang satu ini.