Selepas jadi pemimpin redaksi Majalah Tempo dua periode (1971-1993 dan 1998-1999), Goenawan Mohamad nyaris jadi apa yang ia pernah tulis dalam sebuah esainya : Transit lounger. Seorang yang berkeliling dari satu negara ke negara lainnya: Mengajar, berceramah, menulis. Seorang yang berpindah dari satu tempat penantian ketempat penantian lainnya, tapi akhirnya hanya punya Indonesia. Seperti ditulisnya dalam sebuah sajaknya : "Barangkali memang ada sebuah negeri yang ingin kita lepaskan tapi tak kunjung keliling".