Apabila kenikmatan dari Allah tidak kita gunakan untuk ketaatan, melainkan kita salahgunakan untuk kemaksiatan, bukankah kita ini hamba yang tak tahu diri? Sebut saja, terdapat seseorang yang sekian tahun dirawat oleh orang tuanya. Ia dirawat dengan penuh kasih sayang. Ia dirawat dengan dipenuhi berbagai kebutuhannya. Namun, ketika ia telah dewasa, orang tersebut menelantarkan orang tuanya. Bukankah orang tersebut tak tahu diri?
Apabila seseorang yang mengabaikan kebaikan dari manusia saja kita sebut tak tahu diri, lantas bagaimana dengan seseorang yang mengabaikan kebaikan dari Allah? Padahal, kebaikan dari manusia tidaklah ada apa-apanya dibandingkan kebaikan dari Allah. Padahal, kebaikan dari manusia itu sejatinya merupakan kebaikan dari Allah.
Dasar hamba tak tahu diri. Sungguh tak tahu diri. Diberikan kenikmatan, tidak digunakan untuk taat, malah digunakan untuk maksiat. Teruntuk hamba tak tahu diri, manfaatkanlah nikmat dari Allah untuk ketaatan. Teruntuk hamba tak tahu diri, janganlah menyalahgunakan nikmat dari Allah untuk kemaksiatan.