ISTRIKU TAK SEBODOH YANG KUKIRA
Om den här e-boken
Aku tercengang membaca pesan whatsapp Ibu. Sepuluh juta? Obat apa harganya sampai semahal itu.
"Memangnya Ibu sakit apa? Mahal sekali harga obatnya."
"Darah tinggi ibu naik lagi sepertinya. Kepala ibu pusing. Ibu takut kenapa-napa nantinya. Makanya ibu mau check-up juga ke rumah sakit," jawab Ibu lesu. "Sekalian untuk uang belanja dan bayaran kuliah adik kamu."
"Lho, untuk uang belanja Ibu dan uang kuliahnya Reyna 'kan baru saja aku transfer enam juta seminggu lalu. Masa sudah habis, Bu."
Terdengar Ibu menghela napas berat di seberang telepon. "Apa-apa sudah serba mahal, Nji. Reyna juga sedang skripsi. Banyak biaya," keluhnya.
Gantian kini aku yang menghela napas. "Ya sudah, aku transfer sekarang ya, Bu."
"Terimakasih ya, Nak. Kamu benar-benar anak yang berbakti. Ibu beruntung punya anak kamu."
"Ya, sudah. Aku matikan dulu teleponnya ya. Soalnya, aku harus meeting. Ibu cepat sembuh ya."
"Baik lah, Nak. Sekali lagi, terimakasih."
