Sudah banyak orang telah menulis tentang Gus Dur dalam sejumlah spektrum tema. Namun, belum ada yang menulis dimensi sufisme Bapak Pluralisme itu, kecuali buku ini. Jadi, buku ini kian melengkapi kepustakaan seputar Gus Dur, seorang tokoh yang dikenal memiliki sepak terjang yang demikian luas. Jika buku-buku lain memotret pemikiran, track record, kebijakan, tindakan, kenyelenehan, bahkan anekdot Gus Dur, buku ini berusaha menilik kehidupan Gus Dur dalam kacamata sufisme. Buku ini merupakan sumbangan berharga bagi kita dalam usaha memahami secara komprehensif—kalau itu mungkin—sosok Guru Bangsa kita.Tesis penting yang ditemukan oleh penulis buku adalah bahwa, meski Gus Dur tak pernah memosisikan diri sebagai seorang sufi dan jarang menyitir kalimat-kalimat yang bersifat sufistik, namun pemikiran, model perjuangan, dan pola hidup kesehariannya benar-benar bernuansa tasawuf. Jika Anda ingin mengetahui bagaimana terma-terma sufisme dan atau untaian-untaian hikmah dari kaum sufi terkenal semisal Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari, Syekh Maulana Jalaludin Rumi, Syekh al-Akbar Muhyidin Ibnu Arabi, atau Syekh Husein bin Manshur al-Hallaj terejawantah dalam kenyataan, lihatlah kehidupan Gus Dur.