sehabis subuh
Aku terasa berada di tangga rapuh
dengan kelenjar jiwa yang melepuh
Dan tidur disebut mati
karena menolak tersenyum di waktu pagi
Serta keringat disayang-sayang
dan disimpan di hati bantal yang sunyi
Kutafsirkan matahari
dengan bahasa cahaya
Padahal sayap elang mekar
menggoreskan nafas di angkasa
Relung-relung kecil di tikungan syaraf
turut bicara tanpa bahasa
Garam disebut garam karena asin
Kurenung bahagia
di relung rahasia
Langkah bergegas mengejar cakrawala