Tidak ketinggalan dipaparkan mengenai terbentuknya Kota Bandung akibat pengaruh orang kaya Belanda perkebunan yang mencari hiburan ke Kota Bandung sehingga membuat struktur Kota Bandung memiliki keunikan dibandingkan kota lain di Indonesia. Selain itu. Kota Bandung sebagai pemicu kreativitas keanekaragaman kuliner menghasilkan variasi makanan Sunda yang menjadi legenda dan telah memikat para pencinta kuliner untuk datang dan mencicipi kuliner Sunda. Misalnya dodol Garut, manisan Cianjur, tahu Sumedang, asinan Bogor, oncom, peuyeum, tauco, dan masih banyak lagi.
Buku ini juga dilengkapi dengan lebih dari 200 resep makanan, seperti nasi tutug oncom; olahan daging seperti gepuk, bekakak, dan satai maranggi; aneka lauk-pauk yang digoreng, mulai dari ayam goreng, ikan goreng, bala-bala (bakwan); aneka jenis pepes yang sudah menjadi ciri khas masakan Sunda; hingga makanan inovasi yang tentunya sudah memiliki nama dan diburu wisatawan ketika berkunjung ke Tanah Sunda, yaitu seblak, brownies kukus, dan surabi oncom. Dengan demikian, buku ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai kekayaan kuliner Sunda yang sudah dikenal seantero Nusantara.
Murdijati Gardjito, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada, mempunyai minat yang sangat kuat menelusuri, mengkaji, dan meneliti bahkan mengembangkan makanan tradisional Indonesia sejak tahun 2003, saat penulis menjadi Kepala Pusat Kajian Makanan Tradisional UGM. Hingga sekarang, pada akhirnya penulis menemukan bahwa makanan tradisional adalah suatu pengetahuan yang sangat ampuh digunakan untuk membangun karakter bangsa. Makanan tradisional juga merupakan bekal yang sangat sakti untuk menumbuhkan jati diri bangsa, menyadari martabat nenek moyangnya dan akhirnya mengagumi ciptaan-ciptaan makanan yang sangat bermartabat hingga secara sadar melestarikannya. Apabila hal ini terjadi sejak dahulu, khususnya setelah era kemerdekaan, pastilah kondisi bangsa Indonesia tidak seterpuruk sekarang. Kajian tentang makanan tradisional merupakan local genius yang harus dikembangkan menjadi akar pembangunan karakter bangsa. Sangat menarik melihat beberapa fenomena yang ditunjukkan oleh beberapa makanan tradisional kita karena hal ini menuntun kepada harmonisasi kehidupan manusia dengan alam sekitarnya (food utilization) untuk membangun keberlanjutan kehidupan umat manusia. Demikian pentingnya makanan tradisional, maka kajian tentang makanan tradisional dilakukan sampai akhir hayat. Teknologi Pangan merupakan alat yang harus digunakan untuk mengembangkan makanan tradisional sehingga mampu memberikan kesejahteraan bagi kita semua.
Heni Pridia Rukmini Sari S.S., M. Par. memiliki kegemaran mencicipi berbagai makanan. Selain itu, wanita kelahiran Jakarta ini pernah bergabung di mega portal www.viva.co.id dan mendirikan situs gaya hidup VIVAlife. Pengalamannya di bidang kuliner dimulai sejak menjadi redaktur boga tahun 1997 di Majalah femina hingga akhirnya mencapai jenjang sebagai Redaktur Pelaksana di Sedap Saji Kelompok Kompas Gramedia. Ibu dua anak ini juga kerap blusukan ke pasar tradisonal di berbagai kota di dalam negeri dan mancanegara untuk mendokumentasikan kuliner lokalnya yang otentik. Kini, Heni berprofesi sebagai food stylist untuk iklan, video tutorial, dan kemasan berbagai produk makanan; konsultan untuk uji coba resep makanan; pengajar food styling; menjadi penulis artikel kuliner di berbagai media, dosen pariwisata di STP Trisakti dan Institut STIAMI, Jakarta, serta konsultan untuk pengembangan destinasi wisata kuliner dan belanja.
Marosimy Millaty, SE., M.Sc lahir di Sanggau, 29 Juli 1990. Alumni Agribisnis Institut Pertanian Bogor (S1) dan Magister Manajemen Agribisnis UGM (S2), memiliki hobi jalan-jalan dan makan. Perkenalan dengan Ibu Murdijati Gardjito membuatnya mulai menekuni bidang menulis dan editor naskah buku bersama dengan Ibu Murdijati, terutama mengenai pangan lokal. Hal ini semakin menambah kecintaannya terhadap kuliner Indonesia.