"Jangan, Nay, tunggu dulu!" Mas Arlan menjawab dengan teriakan juga.
"Sebentar saja, Mas," Kuacuhkan teriakannya hingga akhirnya Mas Arlan mengeluarkan kepalanya yang masih penuh busa shampo di kepalanya.
"Tunggu, Nay. Tolong, dengarkan mas! Jangan buka mobil dulu! Belum mas bersihin."
"Ah, nggak apa-apa lah, Mas. Sudah ya, aku buru-buru mau beli susunya Alea di minimarket depan."
"Jangan, Nay. Tunggu! Hei, Kanaya!"
Kusambar kunci mobil di atas nakas, tanpa mempedulikan teriakan Mas Arlan.
"Kanayaaa!" Mas Arlan terus berteriak. Heran, memangnya aku tidak boleh meminjam mobilnya. Sampai teriak-teriak begitu.
Cepat aku masuk ke dalam mobil CRV-nya dan meluncur membelah jalan. Senja mulai turun. Sebentar lagi matahari menghilang di peraduannya, berganti gelap malam.
Di minimarket, aku segera mengambil susu dan semua keperluan Alea yang kebetulan habis nyaris bersamaan.Â