Hak Asasi Manusia merupakan konsep yang kini mendapatkan popularitas luar biasa. Dengan beberapa standar tertentu kita dapat menyebut sebuah kekuasaan sebagai pelanggar HAM. Belum lagi dengan nilai tertentu pula kita dapat menempatkan seorang figur dalam kedudukan sebagai pejuang HAM. karena memang sebagai konsep yang dikalim sebagai bermuatan universal maka daya ikat nilai-nilai HAM hampir mirip dengan peran sebuah agama. Sangat wajar jika dikemudian hari beberapa kalangan menyebut HAM sebagai ‘agama sipil’. Hal ini tidak berarti konsep mengenai HAM tidak bermasalah. Justru universalisme itu sering mendapat banyak pertanyaan dan gugatan dari berbagai kalangan. Ciri lain yang juga mendapat tantangan adalah peran HAM sebagai ‘pengawas’ bagi setiap kekuasaan. Hingga dalam kadar tertentu kriteria kepatuhan atas HAM sering berubah-ubah sekaligus dasar ketentuan ‘normatif HAM’ dimonopoli oleh badan tertentu saja. Satu hal yang positif dari HAM adalah kandungan nilai-nilai kemanusiaan yang dapat dimanfaatkan untuk melihat sejauh mana sebenarnya kekuasaan memberi tempat pada niali-nilai itu dalam pengabilan kebijakannya. WACANA pada edisi ini kembali mengetengahkan gagasan kritis dan alternatif mengenai HAM, yang mungkin menjadi penting dibaca bagi kaum yang ‘mengaku’ aktivis penegak HAM, pengambil kebijakan, dan masyarakat awam. Sajian komplet dan kadang terasa ‘provokatif’ untuk persoalan yang makin populer, Hak Asasi Manusia.