Alvin meyakini masalah yang dihadapinya bukanlah besar, hanya saja akan melilit jika dia tak juga bergerak. Di saat yang sama, Amira Jayanti, seorang gadis belia, pembantu di rumah Ibunya, dengan berani melamarnya.
Sama-sama memiliki tujuan, Alvin pikir pernikahan itu tak akan sulit dijalani. Tampan, mapan, Alvin yakin dirinya yang akan memimpin permainan. Namun, nyatanya, bertemu dengan Amira, seolah membuka kotak pandora.
Ada apa dengan gadis itu?
Berani-beraninya dia membuat Alvin terus-menerus memikirkannya.