Kalimatnya tertahan. Ada sesuatu yang tercekat di tenggorokan.
“Namun, kenyataan tidak semanis janjimu. Ketika aku dengan sekuat hati berpikir bila Allah Mahabaik memberiku ujian ini, kamu ke mana?”
Setelah banyak hal dikorbankan, Senja tidak mendapat surga pada rumah tangganya sendiri. Ia melangkah pergi dari rumah ketika talak kembali diucapkan. Merenda jalannya sendiri dan melukis senjanya dengan jingga yang indah.
Senja menapaki satu per satu anak tangga di tengah tertatihnya langkah. Ia pun mencoba terus meyakinkan diri bila keputusannya bernaung dalam cahaya Islam bukanlah pilihan yang salah.
Mega Dewi, lahir di Cimahi pada 26 Januari 1992. Ia hanyalah seorang gadis pemimpi, pecinta angan yang digores dalam tulisan.
Wanita yang ingin belajar banyak hal tentang dunia, dan bermimpi menginjakkan kaki di benua biru, Eropa.
Ia suka menulis sejak kecil, tepatnya saat masih duduk di sekolah dasar. Menulis secara manual. Pada sebuah buku yang kemudian disebut pada teman-temannya, sekadar untuk dibaca.
Menulis baginya adalah sebuah cara mengusir kekosongan dan rasa sepi. Nyatanya, lewat menulis ia mampu membasuh luka dari sebuah kata kehilangan. Semoga novel kedua yang terbit dalam bentuk cetak