Menjaga Silahturahim, Persatuan, & Persatuan: At-Tibyan Fi aN-Nahyi ‘an Muqathoatil Arhami wal Aqarib Wal Ikhwani

·
· Almuqsith Pustaka
5,0
3 κριτικές
ebook
147
Σελίδες
Οι αξιολογήσεις και οι κριτικές δεν επαληθεύονται  Μάθετε περισσότερα

Σχετικά με το ebook

Munculnya organisasi-organisasi pergerakan yang mencita-citakan dan mengusahakan kemerdekaan Indonesia. Masa ini menandai usaha perjuangan kemerdekaan Indonesia yang semula bertumpu pada pergerakan fisik dan terpisah-pisah oleh kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara, menuju usaha-usaha yang berbasis pemikiran dan pendidikan. Beberapa organisasi itu antara lain Syarikat Dagang Islam (SDI) pada tahun 1905 yang bergerak pada bidang ekonomi, Syarikat Islam pada tahun 1912, Muhammadiyyah pada tahun yang sama, dan Nahdlatul Ulama pada tahun 1926. Di samping itu, organisasi serupa berbasis Islam juga berdiri di berbagai daerah.

Para penjajah pun melakukan resistensi terhadap gerakan masyarakat Islam yang semakin menyadari akan perlunya dibangun cara yang baru dalam usaha mewujudkan kemerdekaan. Maka penjajah Belanda berusaha memecah belah pergerakan masyarakat Indonesia khususnya Islam dengan berbagai usaha, seperti ikut serta membidani lahirnya organisasi komunis-sosialis bernama Indische Socialist Democratic Vereeniging (ISDV) yang berpaham komunis dipimpin oleh Snevliet. ISDV ini kemudian menyusup ke dalam Syarikat Islam dan membentuk SI-Merah di Semarang, Jawa Tengah. Sebuah organisasi yang kemudian menjelma menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) pada kemudian harinya.

Penjajah Belanda juga berusaha memecah-belah kekuatan umat Islam dengan cara menyebarkan isu yang membesar-besarkan permasalahan cabang (furu’, tidak prinsipil) agama. Umat Islam dan para tokohnya dibuat sibuk untuk berdebat dan saling bertentangan satu sama lain. Sehingga mereka tidak lagi atau kurang mempedulikan cita-cita pergerakan Islam yang semula.

Melihat dan mempertimbangkan hal itu, Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari merasa perlu dan penting untuk mempersatukan umat Islam di Indonesia dalam rangka cita-cita kejayaan Islam (izzul islam) dan kemerdekaan Indonesia. Dalam kerangka inilah maka kitab At-Tibyan fi An-Nahyi ‘an Muqatha’ati Al-Arham wa Al-Aqarib wa al-Ikhwan ini ditulis. Kitab ini menjelaskan tentang pentingnya rekonsiliasi dan betapa buruknya perpecahan. Ditulis dalam sepuluh bab, kitab ini juga menyertakan beberapa risalah lain yang ditulis dan diceramahkan oleh Hadratussyekh. Risalah yang dimaksud adalah empat bab terakhir yaitu:

1.     Muqaddimah Qanun Asasi li Jam’iyyati Nahdlatil Ulama;  Risalah ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) organisasi Nahdlatul Ulama.

2.     Risalah fi Ta’akkudi Al-Akhdz bi Madzahibil Aimmah al-Arba’ah; Risalah ini mengulas tentang pentingnya bermazhab (khususnya) kepada empat Imam Mazhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad ibn Hanbal) dalam Islam.

3.     Risalah Tusamma bi-Al-Mawa’idh; risalah ini merupakan teks yang berasal dari ceramah Kiai Hasyim Asy’ari di depan forum para ulama.

4.     Al-Arbain Haditsan Nabawiyyan Tata’allaqu bi Mabadi’ Jamiyyati Nahdlatil Ulama. Risalah ini merupakan hasil penyaringan hadits-hadits nabi yang berkaitan dan menjadi landasan perlunya didirikan organisasi Nahdlatul Ulama.

 

Kiranya penting di sini untuk menjelaskan risalah ‘Al-Mawaidh’ yang termuat sebagai bagian dari kitab at-Tibyan ini. Martin van Bruinessen menyatakan bahwa risalah ini disampaikan Hadratussyekh Hasyim Asy’ari dalam suatu forum ulama. Forum tersebut dihadiri para tokoh dan ulama dari berbagai organisasi Islam yang ada di Indonesia. Di antaranya organisasi Syarikat Islam (SI), Persatuan Islam (Persis), Persatuan Ulama Islam (PUI), Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII), Muhammadiyyah, dan Nahdlatul Ulama. Diselenggarakan pada tahun 1937, dalam Al-Mawaidz Hadratussyekh Hasyim Asy’ari menyampaikan perlunya persatuan umat Islam Indonesia. Dengan semangat izzul Islam, mencari titik temu, dan mempermaklumkan perbedaan persoalan cabang agama.

Hal demikian ini kemudian diamini para tokoh yang ada. Forum pun bersepakat membentuk organisasi konfederasi Islam yang diberi nama: Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI). Sejak awal berdirinya, KH Hasyim Asy’ari menjadi pucuk pimpinan tertinggi organisasi ini dan terus bertahan hingga akhir hayatnya, di mana sejak penjajahan Jepang (1942) majelis ini berubah menjadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). 

Berdasarkan penjelasan di atas, kita menjadi mengerti akan semangat perjuangan, semangat pesatuan umat Islam dan kemerdekaan Indonesia yang dimiliki KH Hasyim Asy’ari.

 Semoga buku terjemah ini senantiasa membawa manfaat bagi siapa pun yang membacanya. Semoga Allah SWT menjadikan amal ini sebagai berkah bagi kita semua. Aamiin.

Βαθμολογίες και αξιολογήσεις

5,0
3 αξιολογήσεις

Σχετικά με τον συγγραφέα

KH Hasyim Asy'ari lahir pada Selasa Kliwon, 24 Zulkaidah 1287 Hijriah, bertepatan dengaan tanggal 14 Februari 1871 Masehi, di pesantren Gedang, Tambakrejo, Kabupaten Jombang. KH Hasyim Asy'ari lahir pada Selasa Kliwon, 24 Zulkaidah 1287 Hijriah, bertepatan dengaan tanggal 14 Februari 1871 Masehi, di pesantren Gedang, Tambakrejo, Kabupaten Jombang. Merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara, putra dari pasangan Kiai Asy'ari dan Nyai Halimah. Dari jalur ayah, nasab Kiai Hasyim bersambung kepada Maulana Ishak hingga Imam Ja'tar Shadiq bin Muhammad Al-Bagir. Sedangkan dari jalur ibu, nasabnya bersambung kepada pemimpin Kerajaan Majapahit, Raja Brawijaya VI (Lembu Peteng), yang berputra Karebet atau Jaka Tingkir. Dalam sejarah tercatat Jaka Tingkir adalah raja Pajang pertama (tahun 1568 M) dengan gelar Sultan Pajang atau Pangeran Adiwijaya.


BELAJAR KE PESANTREN

Kiai Hasyim Asy’ari mulai berkelana untuk belajar ke sejumlah pesantren di usia 15 tahun. Dia pernah menjadi santri di Pesantren Wonorejo Jombang, Pesantren Wonokoyo Probolinggo, kemudian Pesantren Langitan Tuban, dan Pesantren Trenggilis Surabaya. Kiai Hasyim Asy'ari melanjutkan mencari ilmu ke Pesantren Kademangan, Bangkalan, Madura, di bawah asuhan Kiai Kholil bin Abdul Latif. Kemudian pada tahun 1307 Hijriah atau tahun 1891 Masehi, Kiai Hasyim kembali ke tanah Jawa dan belajar di Pesantren Siwalan, Panji, Sidoarjo, di bawah bimbingan Kiai Ya'qub.


MEMPERDALAM ILMU AGAMA

Pada usia 21 tahun, Hasyim Asy'ari menikah dengan Nafisah, salah seorang puteri Kiai Ya'qub. Pernikahan itu dilangsungkan pada tahun 1892 M/1308 H. Tidak lama kemudian, Kiai Hasyim bersama istri dan mertuanya berangkat ke Mekkah guna menunaikan ibadah haji. Kesempatan di tanah suci juga digunakan untuk memperdalam ilmu pengetahuan. Hampir seluruh disiplin ilmu agama dipelajarinya, terutama ilmu hadis. Namun, saat berada di Mekah, istri Hasyim Asy'ari meninggal dunia. Demikian pula dengan anaknya yang dilahirkan di Mekah. Sempat kembali ke tanah air, Hasyim Asy'ari kembali ke Mekah.

Pada periode kedua kembali ke Mekah, Kiai Hasyim rajin menemui ulama-ulama besar untuk belajar dan mengambil berkah dari mereka. Karena keilmuannya yang dinilai sudah mumpuni, KH Hasyim Asy'ari dipercaya untuk mengajar di Masjidil Haram bersama tujuh ulama Indonesia lainnya, antara lain Syekh Nawawi al-Bantani dan Syekh Anmad Khatib al-Minakabawi. Di Mekah, KH Hasyim Asy'ari memiliki banyak murid dari berbagai negara. Beberapa muridnya, antara lain Syekh Sa'dullah al-Maimani (mufti di Bombay, India), Syekh Umar Hamdan (ahli hadis di Mekkah), serta Al-Syihab Ahmad ibn Abdullah (Syiria). Kemudian murid dari tanah air, antara lain KH Abdul Wahab Chasbullah (Tambakberas, Jombang), K.H.R. Asnawi (Kudus), KH Dahlan (Kudus), serta KH Bisri Syansuri (Denanyar, Jombang), dan KH Shaleh (Tayu). Pada tahun ketujuh di Mekah, tepatnya tahun 1899 (1315 H), KH Hasyim Asy'ari menikah dengan Khadijah, putri Kiai Romli dari desa Karangkates, Kediri. Setelah pernikahan itu, Kiai Hasyim bersama istrinya kembali ke Indonesia.

Αξιολογήστε αυτό το ebook

Πείτε μας τη γνώμη σας.

Πληροφορίες ανάγνωσης

Smartphone και tablet
Εγκαταστήστε την εφαρμογή Βιβλία Google Play για Android και iPad/iPhone. Συγχρονίζεται αυτόματα με τον λογαριασμό σας και σας επιτρέπει να διαβάζετε στο διαδίκτυο ή εκτός σύνδεσης, όπου κι αν βρίσκεστε.
Φορητοί και επιτραπέζιοι υπολογιστές
Μπορείτε να ακούσετε ηχητικά βιβλία τα οποία αγοράσατε στο Google Play, χρησιμοποιώντας το πρόγραμμα περιήγησης στον ιστό του υπολογιστή σας.
eReader και άλλες συσκευές
Για να διαβάσετε περιεχόμενο σε συσκευές e-ink, όπως είναι οι συσκευές Kobo eReader, θα χρειαστεί να κατεβάσετε ένα αρχείο και να το μεταφέρετε στη συσκευή σας. Ακολουθήστε τις αναλυτικές οδηγίες του Κέντρου βοήθειας για να μεταφέρετε αρχεία σε υποστηριζόμενα eReader.