Adolf Gustaaf Lembong merupakan serdadu yang lahir pada 19 Oktober 1910. Pada awal Perang Dunia II, Lembong tergabung dalam pasukan KNIL di Manado. Pada tahun 1943, dia ditangkap oleh pasukan Jepang dan dikirim ke Filipina. Dia bersama beberapa orang lain berhasil melarikan diri dan kemudian bergabung dengan sebuah unit gerilya yang termasuk dalam pasukan USAFFE LGAF.
Setelah perang dunia, Lembong kembali ke Indonesia dan bergabung dengan Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS). Pada tahun 1947, KRIS dan beberapa organisasi lain diintegrasikan dengan Tentara Republik Indonesia (TRI). Pada tahun 1948, TRI menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Lembong diangkat sebagai Komandan Brigade XVI. Pada waktu Agresi Militer Belanda II, Lembong sempat ditangkap oleh pasukan Belanda di Yogyakarta dan dipenjarakan di Ambawara
Walaupun sempat akan ditugaskan sebagai atase militer di Filipina, Lembong akhirnya diberi tugas sebagai Kepala Bagian Pendidikan Angkatan Darat. Untuk mengemban tugasnya, dia pergi ke Bandung pada bulan Januari 1950. Pada tanggal 23 Januari, dia berencana untuk bertemu dengan komandan Divisi Siliwangi, tapi dia tidak tahu bahwa markas Divisi Siliwangi sudah diduduki oleh pasukan APRA. Lembong dibunuh secara keji oleh pasukan APRA. Tempat di mana Lembong dibunuh sekarang adalah sebuah museum tentang Divisi Siliwangi. Jalan di mana museum ini terletak sekarang bernama Jalan Lembong.
Buku ini akan memaparkan bagaimana perjalanan Lembong sebagai serdadu. Perjuangannya dalam membela Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan semoga jasa-jasanya tetap dikenang rakyat Indonesia.