Rama dan Sinta

Namun rupanya Dasarata yang menjunjung tinggi watak ksatria itu sudah terlanjur mengucap janji bahwa penerus tahta Ayodya adalah anak sulungnya dari istri yang lain, Kekayi. Barata nama pemuda itu. Membuat Rama memilih pergi dari istana demi menghindari perpecahan negri. Pergi dari negri Ayodya, bersama istrinya, Dewi Sinta.

Kenyataan yang juga tak kalah rumit membawa Sinta pada takdir dibesarkan oleh Prabu Janaka raja Mantili yang lama tak memiliki keturunan bagi penerus negri. Sinta yang kemudian dipinang oleh Ramawijaya. Namun sang Dewi harus menerima kenyataan bahwa hidupnya kemudian harus dilalui tak lagi di istana, tapi di hutan lebat Dandaka.

Hingga sebuah peristiwa menggariskan Sinta yang kemudian diculik dan dibawa ke negri Alengka oleh sang penguasa di sana, raja raksasa bernama Dasamuka.

Jalan berliku akhirnya mempertemukan Rama yang selalu ditemani adiknya, Lesmanawidagda, untuk mampu menggerakkan laskar prajurit Bangsa Kera yang lalu rela berjuang sepenuh hati merebut kuasa negri Alengka demi membebaskan Sinta. Dipimpin panglima sakti bernama Hanoman.

Jalan panjang yang akhirnya membuahkan hasil. Sinta berhasil diselamatkan dan diboyong kembali pulang. Bahkan Rama pun kembali mendapatkan tahta Ayodya ketika kemudian Barata menyerahkan kuasa merasa tak sanggup memimpin negri.

Namun cerita itu rupanya tak berakhir bahagia. Rama yang berhasil menjemput Sinta ternyata juga membawa sebuah kenyataan yang kemudian mengganggu pikirannya. Sinta yang dia curiga tak seperti yang dia kira. Dasamuka yang ternyata tak seperti yang dia sangka.

Beban pikirannya sendiri yang tak mampu Rama hadapi. Membuat Lesmana pergi menempuh jalan sendiri. Membuat Hanoman mohon diri meninggalkan negri. Membuat Sinta memilih keluar istana dan tinggal kembali di hutan Dandaka sendiri.

Tak pernah lagi mereka saling bicara. Sampai waktu menutup usia.