Tidak lain ialah karena kita khawatir bila kenikmatan dalam beribadah itu menjadikan kita lalai, hingga akhirnya kita terjerumus ke jurang kekufuran. Akibatnya, kita turun tingkat menjadi sekadar pelayan-pelayan yang beribadah berdasarkan pada keikhlasan. Terlebih, puja dan puji syukur itu harus senantiasa kita persembahkan kepada Allah Ta’ala agar kenikmatan dalam beribadah itu tidak dilenyapkan-Nya dari diri kita.
Jika kita selamat dan sanggup melewati tahapan pujian dan syukur, maka maksud dan tujuan kita telah tercapai. Kita telah rampung menempuh lorong-lorong ruhani dan “sampai” kepada hadirat-Nya.
Kita akan menemukan kemudahan anugerah-Nya, padang pasir kerinduan kepada-Nya, dan tertegun pada hamparan cinta-Nya. Pada gilirannya, kita merasakan kenikmatan surga, memperoleh sebaik-baik tempat memohon (al-munajat), selalu diberikan kemudahan dan kemuliaan, senantiasa merasakan kedamaian dan ketenteraman dalam menjalani sisa umur. Amin.